Akhirnya, Twitter mengungkapkan jumlah akun bot dan spam di platformnya hanya berjumlah kurang dari 5 persen dari total pengguna mereka. Pernyataan tersebut dimuat dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) Amerika Serikat, tertanggal 22 Juni.
"Kami yakin dengan metodologi untuk menghitung angka ini," kata Twitter seperti dikutip dari Reuters.
Twitter belum memberikan keterangan atas temuan ini.
Kehadiran akun bot dan spam adalah salah satu faktor yang membuat Elon Musk ingin mundur dari rencana pembelian Twitter senilai 44 miliar dolar AS. CEO Tesla tersebut menyatakan Twitter menyesatkan soal jumlah akun bot dan sampah di platform tersebut.
Twitter dan Elon Musk masing-masing mengajukan tuntutan ke pengadilan di AS terkait pembelian perusahaan.
Batal Dibeli Musk
Pendiri Tesla dan SpaceX Elon Musk dilaporkan batal membeli Twitter senilai USD44 miliar (Rp658,99 triliun) karena banyak permasalahan dalam pembelian dan menganggap perjanjian jual beli itu tidak valid. Musk menilai Twitter tidak kooperatif dan terbuka selama proses akuisisi.
Pada Jumat (8/7/2022), pengacara Musk mengajukan surat ke SEC yang ditujukan kepada kepala petugas hukum Twitter yang secara resmi membatalkan perjanjian merger antara Musk dan Twitter.
Berikut beberapa faktor yang membuat Musk jengkel dan kesal hingga batal membeli Twitter:
Pengacara Musk mengungkapkan Twitter telah membuat pernyataan palsu dan menyesatkan saat membahas Merger Agreement, termasuk biaya perpisahan senilai 1 miliar dolar AS yang harus dibayar Musk jika kesepakatan itu tidak tercapai.
Tak hanya itu, Musk juga mengkritik eksekutif Twitter yang menyembunyikan data bot dan akun spam di platform. Twitter langsung membantahnya, Twitter beralasan hanya memiliki kurang dari lima persen akun bot dari pengguna aktifnya.
Tentunya, Musk tidak percaya dengan angka persentase kurang dari lima persen sampai ia bisa memeriksanya sendiri.
KOMENTAR