Kota Mojokerto acap kali dikenal dengan sebutan Kota Onde-onde. Kota yang terletak di Provinsi Jawa Timur itu mendapat julukan tersebut lantaran ada sebuah toko onde-onde yang telah berdiri hampir satu abad lamanya.
Namun, Pemerintah Kota (Pemkot) Mojokerto ingin mendobrak julukan tersebut. Kota Mojokerto tak ingin hanya dikenal dengan onde-ondenya saja, melainkan turut diingat sebagai kota pariwisata yang berbasis budaya.
Ide ini sejatinya sudah tercetus sejak lama, tetapi eksekusinya selalu tertunda. Sejumlah mantan pemimpin di kota ini gagal mewujudkan hal tersebut lantaran terbentur beberapa urusan yang wajib didahulukan.
“Kota Mojokerto sebenarnya ingin bertransformasi menjadi kota pariwisata yang berbasis budaya sejak dulu. Namun, karena ada alasan satu dan lain hal, pelaksanaannya baru bisa dimulai akhir-akhir ini," ujar Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Mojokerto, Santi Ratnaning Tias, S.T., M.M., saat ditemui di sela-sela kesibukannya.
Adalah Hj. Ika Puspitasari, S.E, Walikota Mojokerto saat ini, yang kembali merintis impian itu. Sejak menjabat di akhir 2018, Ika menjalankan berbagai untuk memajukan wisata budaya di Kota Mojokerto. Meski baru tahap awal, Kota Mojokerto kini mulai memiliki beberapa inisiatif terkait kota pariwisata budaya.
Branding “Spirit of Mojopahit”
Langkah awal yang dilakukan Pemkot Mojokerto adalah membuat city branding “Spirit of Mojopahit” sebagai cerminan dari wisata yang akan disuguhkan. City branding itu terinspirasi dari kejayaan Kerajaan Majapahit di masa lampau, ketika Kota Mojokerto disinyalir turut menjadi pusat wilayah kerajaan tersebut.
Langkah selanjutnya adalah membangun pusat pariwisata yang mengangkat tema seputar Kerajaan Majapahit. Salah satunya adalah ‘Wisata Bahari Mojopahit’. Walau mengusung nama ‘bahari’, tetapi Wisata Bahari Mojopahit tak memiliki hubungan dengan laut. Melainkan dengan aliran sungai yang nantinya akan bermuara di laut.
“Berdasarkan literatur sejarah, Kota Mojokerto dulunya adalah pasar Kerajaan Majapahit. Jadi, Kota Mojokerto sangat ramai dilalui oleh banyak orang,” ucap Ika saat ditemui di ruang kerjanya. “Kenapa bisa jadi pasar? Karena di sini ada sungai yang memiliki aliran tenang, yaitu Sungai Kotok. Sungai ini merupakan anak sungai dari Sungai Brantas. Karena memiliki aliran yang tenang, Sungai Kotok akhirnya dimanfaatkan sebagai ruang untuk mengangkut hasil bumi guna dipasarkan ke berbagai wilayah,” lanjutnya.
Berangkat dari hal tersebut, Walikota Mojokerto ingin menghidupkan kembali pusat keramaian tersebut. Rencananya, di bantaran Sungai Kotok akan dibangun beberapa bangunan sebagai penopang dari Wisata Bahari Mojopahit.
Nantinya, wisatawan dapat menikmati pelbagai hiburan di sini. Selain berwisata menggunakan perahu, wisatawan juga dapat mencicipi kuliner, memetik hasil perkebunan yang ditanam di sekitar sungai, dan tentunya mempelajari sejarah serta budaya Kerajaan Majapahit.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR