Sepak bola Indonesia dan dunia berduka. Pada tanggal 1 Oktober 2022 lalu, sebuah insiden pecah di Stadion Kanjuruhan, Malang. Insiden ini berubah menjadi tragedi memilukan saat ratusan orang berdesak-desakan di dalam stadion dan saling injak di tengah kepanikan akibat tembakan gas air mata. Ratusan orang pun meregang nyawa dalam insiden pasca laga Arema FC dan Persebaya Surabaya itu.
Tak dapat dielakkan, acara-acara, seperti pertandingan olah raga, konser musik, festival, dan konferensi berpotensi mengundang kerumunan orang dalam jumlah besar di ruang yang terbatas. Hal ini tentu menjadi tantangan bagi banyak pihak, di antaranya penyelenggara event dan pengelola fasilitas, seperti stadion. Dibutuhkan pengelolaan dan kontrol yang cermat terhadap kerumunan untuk menjawab tantangan ini.
Baca juga: Apa Itu Teknologi Artificial Intelligence?
Di tengah kemajuan teknologi saat ini, dapatkah sebuah contoh artificial intelligence diterapkan untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan orang saat berada di tengah kerumunan?
Dalam mengelola dan mengontrol kerumunan orang, proses tracking terhadap jumlah dan pergerakan orang memainkan peran yang signifikan. Di sinilah contoh artificial intelligence dapat berperan.
Kelola Kerumunan di Saat Pandemi
Saat pendemi merebak, contoh artificial intelligence untuk melacak pergerakan kerumunan, terutama di area yang ramai pejalan kaki, sudah diterapkan. Sebagai contoh adalah sistem Public Eye yang diimplementasikan oleh Pemerintah Kota Amsterdam, Belanda.
Sistem yang merupakan bagian dari Crowd Monitoring System Amsterdam (CMSA) ini terdiri dari people counting camera, sensor wifi, sistem computer vision, dan algoritme artificial intelligence. Sistem ini bertugas memantau dan memprediksi besar, kepadatan, arah, dan kecepatan kerumunan di ruang publik.
Gambar yang tertangkap oleh kamera akan dikonversi menjadi data berupa angka dan heatmap, sehingga privasi warga tetap terjaga. Kemudian data dikirimkan ke server milik Pemerintah Kota. Lantas, algoritme di server akan menganalisis jumlah orang yang berada di satu lokasi tertentu. Informasi ini selanjutnya dikirimkan ke para petugas di lapangan agar mereka bisa mengatur kerumunan dan lalu lintas dengan lebih baik.
Tidak hanya untuk kebutuhan petugas Pemkot di lapanan, data dan insight tersebut juga digunakan untuk mengatur lampu lalu lintas. Data juga mendukung aplikasi, situs web, dan digital kiosk messaging untuk membantu warga menghindari rute yang ramai ketika akan melakukan perjalanan.
CMSA sendiri sudah dioperasikan oleh Pemerintah Kota Amsterdam sejak tahun 2015, tepatnya di event festival kapal layar besar, SAIL Amsterdam 2015. Sistem ini juga sudah dipasang secara permanen di beberapa area, seperti terminal bus dan ferry.
Baca juga: Naratik, Contoh Artificial Intelligence untuk Identifikasi Jenis Batik
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR