Ericsson minggu lalu di Jakarta membagikan enam tren utama yang dipercaya memengaruhi gelombang adopsi 5G berikutnya. Ericsson menyebutkan keenam tren 5G tersebut berhasil diidentifikasi berkat pelacakan data yang dilakukannya, termasuk peluncuran 5G sejak 2019, plus studi konsumen perihal 5G terbaru yang dilakukannya. Keenam tren 5G yang dibagikan Ericsson itu merupakan kutipan dari laporan bertajuk "5G: The Next Wave" dan tentunya bisa menjadi masukan untuk operator telekomunikasi seluler di dunia, termasuk di Indonesia. Lagi pula studi konsumen perihal 5G yang dimaksud mencakup konsumen di Indonesia.
Lebih lanjut Ericsson menjelaskan bahwa pada studi yang dilakukannya, Ericsson mewawancarai lebih dari 49.000 konsumen di 37 negara, termasuk Indonesia. Ericsson menegaskan survei tersebut merupakan survei konsumen terbesar yang pernah dilakukannya. Ericsson mengeklaim pula survei bersangkutan sebagai salah satu survei global terbesar dalam industri terhadap konsumen sehubungan 5G. Ericsson menambahkan survei yang dimaksud mewakili pendapat dari 1,7 miliar konsumen di seluruh dunia, termasuk 430 juta pelanggan 5G. Jadi, 5G: The Next Wave sewajarnya mewakili porsi konsumen yang cukup besar di dunia. Pasalnya, mengutip Ericsson, jumlah pelanggan seluler di dunia pada akhir tahun 2021 adalah sekitar 8,2 miliar.
”Skala pengukuran dalam penelitian ini memberi kami wawasan yang aktual tentang pandangan dan sikap konsumen terhadap 5G. Laporan ini menunjukkan bahwa calon pengguna 5G gelombang berikutnya memiliki ekspektasi yang berbeda dari pengguna awal terhadap teknologi. Secara keseluruhan, konsumen melihat keterlibatan dengan 5G sebagai bagian penting dari gaya hidup mereka di masa depan,” sebut Jasmeet Singh Sethi (Head of Ericsson ConsumerLab).
“Sangat menarik untuk dicatat bahwa 5G muncul sebagai fasilitator penting bagi pengguna awal teknologi 5G untuk menggunakan layanan yang berkaitan dengan metaverse, seperti bersosialisasi, bermain, dan membeli barang digital di platform game virtual 3D interaktif. Jumlah waktu yang dihabiskan oleh pengguna 5G untuk menggunakan aplikasi AR juga meningkat dua kali lipat selama dua tahun terakhir, dibandingkan dengan pengguna 4G,” tambah Jasmeet Singh Sethi.
“Sangat mengesankan melihat kuatnya alasan konsumen untuk menggunakan 5G di Indonesia. Sebanyak 53 persen masyarakat Indonesia berniat untuk berlangganan 5G di 2023, agar mereka dapat mengakses aplikasi dan layanan inovatif seperti metaverse. Ericsson bekerja sama dengan penyedia layanan komunikasi di Indonesia dalam penerapan 5G dan membangun ekosistem 5G sehingga konsumen Indonesia dapat menikmati peningkatan produktivitas, efektivitas, dan efisiensi yang dapat ditawarkan oleh teknologi canggih seperti AR [augmented reality] dan XR [extended reality],” ujar Jerry Soper (Head of Ericsson Indonesia).
Berikut adalah keenam tren 5G yang dibagikan Ericsson tersebut, seperti yang dipetik dari rilis yang InfoKomputer terima. Keenam tren 5G ini dipercaya Ericsson memengaruhi gelombang adopsi 5G berikutnya di dunia maupun di Indonesia.
1. Adopsi 5G konsumen memiliki resiliensi dalam menghadapi inflasi: setidaknya 510 juta konsumen di 37 pasar kemungkinan akan menggunakan 5G pada tahun 2023.
2. Gelombang pengguna berikutnya yang menuntut: dibandingkan dengan pengguna awal yang lebih peduli dengan layanan inovatif baru yang dimungkinkan oleh 5G, gelombang pengguna 5G berikutnya memiliki ekspektasi tinggi terhadap kinerja 5G, terutama soal jangkauan jaringan.
3. Ketersediaan 5G yang dirasakan (perceived) — dan bukannya jangkauan (coverage) 5G terhadap populasi — muncul sebagai tolak ukur kepuasan baru di kalangan konsumen. Jangkauan geografis, jangkauan di dalam atau luar ruangan, dan jangkauan hot spot untuk suatu kelompok konsumen yang berkumpul di suatu titik menjadi lebih penting untuk membangun persepsi pengguna daripada jangkauan populasi.
4. 5G mendorong penggunaan enhanced video dan AR. Selama dua tahun terakhir, waktu yang dihabiskan pengguna 5G untuk menggunakan aplikasi AR telah meningkat dua kali lipat menjadi dua jam per minggu.
5. Model monetisasi 5G diperkirakan akan berkembang: 6 dari 10 konsumen mengharapkan teknologi yang ditawarkan 5G melampaui kapasitas data dan kecepatan, menjadi kemampuan jaringan yang disesuaikan berdasarkan permintaan untuk kebutuhan spesifik.
6. Penggunaan 5G menjadi modal adopsi teknologi metaverse. Pengguna 5G rata-rata sudah menghabiskan satu jam lebih banyak per minggu daripada pengguna 4G dalam menggunakan layanan terkait metaverse. Mereka juga memperkirakan durasi konten video yang akan dikonsumsi setiap minggu di perangkat seluler menjadi dua jam lebih lama. Satu setengah jam di antaranya akan dikonsumsi menggunakan kacamata AR/VR (virtual reality) pada tahun 2025. Sementara, khusus Indonesia, 45% pengguna 4G akan mulai menggunakan aplikasi AR secara langsung setelah mereka berlangganan 5G.
KOMENTAR