Meta akan menghentikan semua pengembangan proyek layar pintar dan jam tangan pintar terbarunya usai perusahaan memecat 11.000 karyawan.
Padahal, isu peluncuran jam tangan pintar Meta sudah menyeruak di dunia maya.
Sebelumnya, Meta menjual perangkat layar pintar Portal kepada konsumen yang sukses mendapatkan sambutan positif di pasar. Bahkan, Portal mengalami peningkatan penjualan selama puncak pandemi ketika orang harus tinggal dan bekerja dari rumah serta menguasai kurang dari 1 persen pasar global.
"Pengembangan Portal memakan waktu lama dan menghabiskan banyak investasi. Saya pikir ini cara yang salah untuk menginvestasikan waktu dan uang Anda," kata Chief Technology Officer Meta Andrew Bosworth seperti dikutip Engadget.
Bosworth mengatakan tim Meta yang membuat jam tangan pintar akan beralih mengerjakan kacamata augmented reality perusahaan dan setengah dari investasi Meta di Reality Labs digunakan untuk proyek AR-nya.
Para eksekutif Meta mengungkapkan 54 persen orang yang menangani proyek Portal dan jam tangan pintar terkena PHK. Tim di seluruh organisasi terpengaruh, dan bahkan karyawan dengan peringkat kinerja tinggi diberhentikan.
Meta menggabungkan unit panggilan suara dan video dengan tim perpesanan lain dan perusahaan membentuk divisi baru untuk memecahkan masalah teknik yang sulit.
Minta Maaf
Mark Zuckerberg menyampaikan permohonan maaf usai melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 11.000 karyawan Meta induk usaha Facebook atau 13 persen dari total jumlah karyawannya.
"Saya minta maaf kepada mereka yang terkena dampak (PHK). 11.000 karyawan yang kami lepas adalah karyawan-karyawan terbaik," kata Zuckerberg kepada karyawan melalui surat yang diumumkannya.
Sebelumnya, Meta merekrut karyawan besar-besaran pada pandemi. Namun, strategi bisnis Zuckerberg yang ingin menjual konsep Metaverse tak sesuai ekspektasi dan merugikan investor.
Meta akan memberikan 4 bulan gaji sebelum melakukan PHK dan tetap mencover biaya perawatan kesehatan karyawan yang terkena PHK selama enam bulan ke depan sejak dijatuhkan keputusan PHK.
"Saya bertanggung jawab atas keputusan ini. Saya tahu ini sulit untuk semua orang," pungkasnya
Susul Twitter
Pemilik Baru Twitter Elon Musk mengakui telah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap ribuan karyawannya di Twitter karena Twitter merugi lebih dari 4 juta dolar AS atau setara Rp62,952 miliar per hari (kurs Rp 15.738 per dolar AS).
"Mengenai PHK, itu karena perusahaan merugi lebih dari 4 juta dolar AS per hari. Semua orang yang keluar ditawari tiga bulan pesangon. 50 persen lebih banyak dari yang diwajibkan secara hukum," kata Elon seperti dikutip dari Fox Business.
Twitter mengalami penurunan besar-besaran dalam pendapatan karena banyak iklan yang ditarik pemasangnya.
Elon Musk mengkambing hitamkan kerugian perusahaan pada koalisi kelompok hak-hak sipil yang telah menekan pengiklan Twitter untuk mengambil tindakan jika mereka tidak melindungi moderasi konten, kekhawatiran meningkat menjelang pemilihan kongres penting yang potensial.
Setelah PHK, kelompok tersebut mengatakan bahwa mereka meningkatkan tekanan dan menuntut merek menarik iklan Twitter mereka secara global seperti dilansir dari Gadgets360
Elon Musk memecat sebanyak 7.500 karyawan Twitter lewat email atau setengah dari tenaga kerjanya di seluruh dunia.
Dalam cuitanya, karyawan Twitter yang dipecat bertanggung jawab untuk komunikasi, kurasi konten, hak asasi manusia, dan etika pembelajaran mesin termasuk beberapa tim produk dan teknik.
Di antara karyawan yang dipecat adalah 784 karyawan dari kantor pusat perusahaan di San Francisco dan 199 di San Jose dan Los Angeles, menurut pengajuan ke otoritas ketenagakerjaan California.
Tak hanya PHK, Elon Musk juga menghapus hari istirahat Twitter dari kalender karyawan dan akan membatalkan kebijakan kerja jarak jauh dengan beberapa pengecualian dan meminta staf kembali ke kantor penuh waktu.
Sementara itu, karyawan Twitter yang di PHK melayangkan gugatan class action terhadap perusahaan di pengadilan federal San Fransisco karena kebijakan PHK itu melanggar US Worker Adjustment and Retraining Notification (WARN) Act dimana dalam aturan itu perusahaan yang memiliki 100 karyawan atau lebih wajib memberi tahu karyawannya tentang PHK massal 60 hari sebelumnya.
Penggugat yang diwakili pengacara Shannon Liss-Riordan meminta pengadilan untuk memerintah Twitter mematuhi WARN Act. Para karyawan ini juga ingin pengadilan melarang Twitter untuk meminta karyawan menyerahkan hak mereka untuk mengajukan perkara.
"Kami mengajukan gugatan ini, dalam upaya untuk memastikan bahwa karyawan sadar bahwa mereka tidak boleh menandatangani hak mereka dan bahwa mereka memiliki jalan untuk mengejar hak mereka," kata dia.
Presiden Joe Biden mengatakan pada hari Jumat bahwa Musk telah membeli platform media sosial di Twitter yang memuntahkan kebohongan di seluruh dunia.
"Dan sekarang apa yang kita semua khawatirkan: Elon Musk keluar dan membeli pakaian yang dikirim - yang memuntahkan kebohongan di seluruh dunia ... Tidak ada editor lagi di Amerika. Tidak ada editor. Bagaimana kita berharap anak-anak bisa untuk memahami apa yang dipertaruhkan?"
Source | : | Engadget |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR