Mendekati pemilihan umum dan pemilihan presiden di Indonesia, urgensi keamanan siber menjadi sebuah hal nyata. Partai politik, kandidat, pemerintah, dan bahkan calon pemilih harus mulai fokus dan memperhatikan sistem keamanan datanya.
Menerapkan ZTNA 2.0 memungkinkan panitia pemilu dan pilpres untuk membatasi potensi serangan dengan mengisolasi bagian tertentu dari jaringan internal yang menampung data pemilu maupun pilpres; memiliki verifikasi kepercayaan dan inspeksi keamanan secara terus-menerus, serta mengontrol hanya karyawan, aplikasi, dan lalu lintas yang sah yang dapat mengakses segmen tersebut.
Melindungi endpoint paling vital.
Selama periode pemilihan, perlindungan ekstra harus ditambahkan ke berbagai perangkat dan sistem operasi, seperti alat yang menyimpan data pemilih. Pasalnya, ini dianggap sebagai end-point yang vital. Pendekatan perlindungan multi-metode untuk memblokir eksploitasi, ransomware, malware, dan jenis serangan lainnya juga perlu diterapkan.
Selain itu, calon pemilih juga perlu melindungi diri dari serangan siber. Beberapa langkah yang dapat diterapkan individu meliputi:
Pikirkan sebelum mengklik. Jangan pernah mengklik tautan yang disematkan di dalam e-mail, terutama jika keaslian pengirim diragukan.
Hati-hati dengan taktik menakut-nakuti. Pelaku phishing sering menggunakan taktik menakut-nakuti; mengancam untuk menonaktifkan akun atau menunda layanan hingga informasi baru atau yang diperbarui diberikan.
Abaikan e-mail yang terlihat tidak asli. E-mail palsu biasanya dipersonalisasi dan ditujukan langsung ke individu. Sementara, e-mail asli dan autentik dari organisasi politik, keuangan, atau bisnis serupa lainnya, biasanya akan merujuk detail spesifik dari transaksi atau akun tertentu.
Langsung cek ke sumber aslinya. Selalu waspada terhadap e-mail atau SMS yang meminta informasi rahasia, terutama permintaan yang memanfaatkan formulir yang disematkan atau tautan ke situs yang tidak dikenal.
Tingkatkan upaya keamanan. Blokir sejak dini potensi serangan agar tidak memasuki jaringan dengan pendekatan platform otomatis, pencegahan tahap awal, terhadap keamanan siber.
Mendekati pemilihan umum dan pemilihan presiden di Indonesia, dalam dua tahun ke depan, urgensi keamanan siber menjadi sebuah hal nyata dan akan selalu relevan. Partai politik, kandidat, pemerintah, dan bahkan calon pemilih perlu menyadari bahwa para penjahat siber akan mencari kesempatan untuk meraup keuntungan dari pihak-pihak tersebut, plus mereka semua rentan terhadap serangan siber.
Saat masih ada waktu sebelum periode yang dimaksud dimulai, baik individu maupun organisasi harus sudah mulai fokus dan memperhatikan sistem keamanan data mereka. Langkah-langkah keamanan siber yang kuat dan praktik keamanan siber perlu diterapkan saat kita mempersiapkan diri untuk periode bersejarah di negara ini.
KOMENTAR