Menurut hasil penelitian ini, para pemimpin TI menjaga pengeluaran TI mereka untuk "mengoperasikan atau menjalankan (TI)" hingga di bawah 70%. Ini merupakan peluang yang belum dimanfaatkan oleh para pemimpin TI untuk mengalihkan fokus dan membelanjakan investasi dari “menjalankan” ke “bertumbuh dan “bertransformasi”. Dengan visibilitas anggaran TI yang lebih baik dan menyelaraskannya dengan nilai bisnis, mereka dapat mengalokasikan sumber daya untuk transformasi dan inisiatif digital yang dapat meningkatkan pengalaman pelanggan dan produk atau layanan yang mereka berikan.
“Melalui penerapan manajemen technology business management (TBM) sebagai suatu disiplin, organisasi di Asia Tenggara dapat secara dramatis meningkatkan hasil bisnis dengan memberi mereka cara yang konsisten untuk menerjemahkan investasi teknologi menjadi nilai bisnis. Praktik TBM yang kuat menentukan tool, proses, data, dan orang yang dibutuhkan untuk mengelola (aspek) bisnis (dari) teknologi,” kata Tarun Kumar Kalra.
Tarun menambahkan, menyepakati taksonomi dari fungsi TI di antara TI, dibisi keuangan, dan bisnis adalah hal yang sangat penting untuk menciptakan metrik TI yang terkait dengan tujuan bisnis. “Salah satu tantangan terbesar saat ini adalah metrik keuangan TI seringkali datang dari general ledger (buku besar) ke CIO,” tambahnya.
Tingkatkan Manajemen Keuangan Cloud
Salah satu teknologi pendukung utama yang diadopsi oleh para pemimpin TI untuk mendukung transformasi bisnis adalah cloud. Menurut penelitian, lebih dari sepertiga responden mengindikasikan bahwa mereka kemungkinan akan meningkatkan pengeluaran cloud antara 20-40% pada tahun 2023.
Ada tren yang jelas ke arah adopsi public cloud di kawasan Asia Tenggara. Hal ini membuktikan bahwa organisasi percaya terhadap kelincahan dan cost benefit public cloud, termasuk bagaimana cloud mengatasi masalah keamanan dan privasi data.
"Pemimpin TI lebih percaya diri dalam memindahkan beban kerja mereka ke cloud untuk memaksimalkan manfaatnya. Transisi penting ini menghadirkan peluang unik bagi pemimpin TI untuk menerapkan strategi migrasi cloud yang kuat dan memperkirakan biaya secara akurat," kata Tarun Kumar Kalra
Adopsi FinOps untuk Kelola dan Optimalkan Biaya Cloud
Bagi organisasi yang menjalankan beban kerja yang sudah ada di public cloud, mereka harus terus mengawasi peningkatan biaya cloud, menerapkan strategi optimalisasi, dan mendorong lebih banyak akuntabilitas di seluruh tim.
Menurut survei, 67% responden masih menggunakan model on-demand untuk mendapatkan layanan cloud. Hal ini merupakan peluang besar bagi organisasi Asia Tenggara untuk meningkatkan model operasi cloud mereka dan memungkinkan tim TI, keuangan, dan DevOps untuk bekerja sama mengoptimalkan sumber daya untuk kecepatan, biaya dan kualitas.
“FinOps memfasilitasi manajemen keuangan dan operasional yang kuat terhadap pengeluaran TI. Saat ini, FinOps diakui sebagai pendekatan terbaik untuk menurunkan biaya cloud, mengurangi pemborosan, dan memberikan pemahaman dan akuntabilitas yang lebih baik kepada pembuat keputusan TI atas pengeluaran cloud mereka saat ini dan di masa mendatang,” pungkasnya.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR