Keputusan investasi terkait teknologi kini menjadi hal penting bagi korporasi seiring maraknya transformasi digital di berbagai organisasi. Ternyata 30% dari pemimpin TI di ASEAN masih andalkan spreadsheet, menurut Apptio.
Bersama penerbit Asia Tenggara AOPG, Apptio, penyedia aplikasi technology business management (TBM), merilis riset terbaru yang menguraikan tantangan yang dihadapi oleh bisnis di kawasan ini saat menggunakan data untuk membuat keputusan investasi terkait teknologi.
Saat para pelaku bisnis sedang mencoba memahami era baru volatilitas, dari sisi operasional, mereka menghadapi banyak tantangan, di antaranya kenaikan biaya, kekurangan tenaga kerja, gangguan rantai pasokan, dan peristiwa geopolitik.
Para pemimpin bisnis dan teknologi tidak dapat memprediksi masa depan, tapi dapat mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Melalui penyelarasan organisasi yang ketat dan visi bersama, para pemimpin dapat mengarahkan ketangkasan (agility) bisnis dan bermanuver untuk memanfaatkan peluang baru dengan terus mendorong transformasi digital untuk meningkatkan skalabilitas dan efisiensi.
Riset terbaru Apptio menunjukkan bahwa meskipun bisnis Asia Tenggara memiliki data tentang pengeluaran dan penggunaan teknologi, mereka dapat meningkatkan cara mendapatkan insight atau wawasan dari data tersebut untuk mencapai ketangkasan bisnis yang lebih baik.
Riset yang dilakukan di Asia Tenggara menunjukkan bahwa dalam hal pelaporan keuangan TI dan penyelarasan pengeluaran TI dengan hasil bisnis, 30% pemimpin TI sampai hari ini bergantung pada spreadsheet. Sementara 44% mengandalkan kombinasi data, pemodelan (modelling), dan tool Business Intelligence (BI); dan 22% menggunakan solusi yang dikembangkan sendiri.
Tantangan Menghubungkan Pengeluaran TI dengan Business Outcome
Terlepas dari jenis tool yang digunakan pemimpin TI untuk melacak pengeluaran TI, 78% responden yakin bahwa data keuangan dan operasional memberikan visibilitas yang akurat terhadap pengeluaran untuk kebutuhan teknologi.
"Sungguh menggembirakan melihat para pemimpin TI memiliki kepercayaan pada informasi yang mereka miliki untuk pengambilan keputusan yang penting bagi bisnis. Namun, akurasi, kepekaan terhadap waktu (time sensitiveness),, dan akses otomatis ke informasi ini yang menjadi semakin penting bagi perusahaan modern yang menginginkan insight yang real time,” ujar Tarun Kumar Kalra, Regional VP Apptio untuk Asia Pasifik.
Namun, menurutnya, perusahaan masih mengandalkan lembar spredsheet yang canggih untuk merencanakan dan melacak investasi TI dan ROI terkait. “Data masih terkurung (siloed) dan terpisah pada sebagian besar organisasi di Asia Tenggara sehingga melemahkan kolaborasi antarunit bisnis, sehingga sulit untuk memprioritaskan dan mengukur nilai investasi. Kerangka kerja (framework) yang terstandarisasi dan alat yang tepat dapat menjadi game changer untuk memberikan akses yang luas terhadap pembelanjaan TI, wawasan, dan memungkinkan pengambilan keputusan yang proaktif,” Tarun menambahkan.
Anggaran TI: Operasional vs Tumbuh & Bertransformasi
Alih-alih menjadi fungsi pendukung/support, departemen TI menjadi bagian strategis dari bisnis. Namun, 56% pemimpin TI yang disurvei mengatakan bahwa mereka masih membelanjakan anggaran TI untuk "menjalankan (TI)" dan bukan untuk "bertumbuh dan bertransformasi". Agar TI menjadi mitra bisnis strategis dan mendukung inisiatif inovasi, pembuat keputusan TI perlu memiliki data yang kuat yang menghubungkan pengeluaran TI dengan hasil bisnis.
Menurut hasil penelitian ini, para pemimpin TI menjaga pengeluaran TI mereka untuk "mengoperasikan atau menjalankan (TI)" hingga di bawah 70%. Ini merupakan peluang yang belum dimanfaatkan oleh para pemimpin TI untuk mengalihkan fokus dan membelanjakan investasi dari “menjalankan” ke “bertumbuh dan “bertransformasi”. Dengan visibilitas anggaran TI yang lebih baik dan menyelaraskannya dengan nilai bisnis, mereka dapat mengalokasikan sumber daya untuk transformasi dan inisiatif digital yang dapat meningkatkan pengalaman pelanggan dan produk atau layanan yang mereka berikan.
“Melalui penerapan manajemen technology business management (TBM) sebagai suatu disiplin, organisasi di Asia Tenggara dapat secara dramatis meningkatkan hasil bisnis dengan memberi mereka cara yang konsisten untuk menerjemahkan investasi teknologi menjadi nilai bisnis. Praktik TBM yang kuat menentukan tool, proses, data, dan orang yang dibutuhkan untuk mengelola (aspek) bisnis (dari) teknologi,” kata Tarun Kumar Kalra.
Tarun menambahkan, menyepakati taksonomi dari fungsi TI di antara TI, dibisi keuangan, dan bisnis adalah hal yang sangat penting untuk menciptakan metrik TI yang terkait dengan tujuan bisnis. “Salah satu tantangan terbesar saat ini adalah metrik keuangan TI seringkali datang dari general ledger (buku besar) ke CIO,” tambahnya.
Tingkatkan Manajemen Keuangan Cloud
Salah satu teknologi pendukung utama yang diadopsi oleh para pemimpin TI untuk mendukung transformasi bisnis adalah cloud. Menurut penelitian, lebih dari sepertiga responden mengindikasikan bahwa mereka kemungkinan akan meningkatkan pengeluaran cloud antara 20-40% pada tahun 2023.
Ada tren yang jelas ke arah adopsi public cloud di kawasan Asia Tenggara. Hal ini membuktikan bahwa organisasi percaya terhadap kelincahan dan cost benefit public cloud, termasuk bagaimana cloud mengatasi masalah keamanan dan privasi data.
"Pemimpin TI lebih percaya diri dalam memindahkan beban kerja mereka ke cloud untuk memaksimalkan manfaatnya. Transisi penting ini menghadirkan peluang unik bagi pemimpin TI untuk menerapkan strategi migrasi cloud yang kuat dan memperkirakan biaya secara akurat," kata Tarun Kumar Kalra
Adopsi FinOps untuk Kelola dan Optimalkan Biaya Cloud
Bagi organisasi yang menjalankan beban kerja yang sudah ada di public cloud, mereka harus terus mengawasi peningkatan biaya cloud, menerapkan strategi optimalisasi, dan mendorong lebih banyak akuntabilitas di seluruh tim.
Menurut survei, 67% responden masih menggunakan model on-demand untuk mendapatkan layanan cloud. Hal ini merupakan peluang besar bagi organisasi Asia Tenggara untuk meningkatkan model operasi cloud mereka dan memungkinkan tim TI, keuangan, dan DevOps untuk bekerja sama mengoptimalkan sumber daya untuk kecepatan, biaya dan kualitas.
“FinOps memfasilitasi manajemen keuangan dan operasional yang kuat terhadap pengeluaran TI. Saat ini, FinOps diakui sebagai pendekatan terbaik untuk menurunkan biaya cloud, mengurangi pemborosan, dan memberikan pemahaman dan akuntabilitas yang lebih baik kepada pembuat keputusan TI atas pengeluaran cloud mereka saat ini dan di masa mendatang,” pungkasnya.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR