Belum ada satu bulan ChatGPT dirilis, contoh artificial intelligence dari OpenAI ini disebut-sebut, cepat atau lambat, bakal menghempaskan model bisnis Google maupun search engine lainnya.
Yang angkat bicara tentang hal itu justru para mantan karyawan Google, Sridhar Ramaswamy dan Paul Buchheit. Ramaswamy adalah mantan kepala Google Advertising pada tahun 2013-2018. Sedangkan Buchheit adalah orang yang berjasa dalam pengembangan Gmail dan prototip Google AdSense.
Seperti diketahui, OpenAI, yang pendiriannya melibatkan Elon Musk, merilis contoh artificial intelligence ChatGPT. Chatbot ini dapat merespons text prompt yang diketikkan pengguna dan dapat menulis essay, lirik lagu, cerita pendek, marketing pitch, naskah, surat komplain, dan bahkan puisi serta kode program.
Baca juga: Lagi Viral, Apa Itu ChatGPT dan Cara Menggunakannya
Aneka kemampuan tersebut tak pelak membuat contoh artificial intelligence ini menjadi viral dan mengundang satu pertanyaan, akankah ChatGPT mengakhiri monopoli Google di bidang mesin pencarian atau search engine?
Dikutip dari theinsaneapp.com, Sridhar Ramaswamy mengatakan, ChatGPT dapat menghancurkan model bisnis Google karena pelanggan atau pengguna tidak lagi mengeklik tautan mengandung iklan yang disajikan search engine ini.
Berdasarkan laporan tahun fiskal terbaru Google, diketahui pendapatan Google dari iklan sampai dengan tahun 2021 mencapai US$209,49 miliar, atau 81% dari total pendapatan Alphabet, parent company dari Google.
Proses pencarian informasi di ChatGPT disebut lebih simpel dengan memberikan satu jawaban yang merupakan sintesa informasi dari jutaan situs web. Sementara Google, seperti yang ketahui, menyajikan jawaban berupa tautan-tautan paling relevan dengan kata kunci pencarian.
Menurut Ramaswamy, tujuan Google adalah pengguna mengeklik iklan dan tautan. Jadi, ChatGPT menurutnya memberikan pengalaman yang lebih baik, dalam arti pengguna terbebas dari urusan mengeklik tautan, termasuk tautan yang mengandung iklan.
Kepada dailymail.co.uk, Paul Buchheit juga memperkirakan dominasi search engine, khususnya Google, akan segera terdisrupsi. Bahkan Buccheit memprediksi disrupsi total akan terjadi dalam waktu satu atau dua tahun lagi.
“Backend dari search engine dimanfaatkan artificial intelligence untuk mengumpulkan informasi dan link yang relevan yang kemudian akan diringkas untuk pengguna. Seperti meminta seorang peneliti profesional untuk melakukan pekerjaan itu, bedanya adalah AI akan melakukannya secara instan, sementara manusia membutuhkan waktu beberapa menit,” ujar Buccheit.
Baca juga: Lagi Viral, ChatGPT Down, Pengguna Disuguhi Puisi & Pidato Unik
Namun ada pula yang menanggapi bahwa kehadiran ChatGPT tidak lantas membuat Google terasa "kuno". Seeking Alpha menyebutkan bahwa training data chatbot OpenAI ini selesai di tahun 2021. Artinya, pengguna ChatGPT tidak dapat memperoleh informasi terbaru, seperti yang ditawarkan Google.
Penggunaan ChatGPT yang tanpa dipungut biaya juga mungkin tidak akan berlangsung selamanya.
Google juga telah berinvestasi besar di bidang riset AI melalui divisi AI-nya, Deepmind dan melakukan riset terkait conversational AI dan language model. Jadi yang akan dilakukan Google, menurut Seeking Alpha, adalah mengintegrasikan AI ke produk-produk yang sudah ada.
Nah bagaimana tanggapan ChatGPT sendiri tentang potensinya menghempaskan dominasi Google atau tentang potensi chatbot AI mendisrupsi bisnis search engine. Jawabannya di luar dugaan!
Kami mengetikkan pertanyaan tentang topik tersebut di ChatGPT dalam beberapa formulasi kalimat yang berbeda.
Begini jawaban versi pendek ChatGPT yang "diplomatis":
"Tidak dapat diprediksi dengan pasti apakah chatbot AI akan mengakhiri dominasi Google sebagai mesin pencari. Meskipun chatbot AI memiliki potensi untuk meningkatkan efisiensi dan akurasi hasil pencarian serta mempermudah pengguna menemukan informasi yang dicari, Google memiliki pengakuan merek dan loyalitas pengguna yang tinggi, yang dapat membuat sulit bagi mesin pencari atau teknologi lain untuk menggantikannya di pasar."
"Selain itu, Google telah berinvestasi dalam teknologi AI dan pemrosesan bahasa alami, sehingga mungkin dapat mengadopsi dan menyertakan teknologi chatbot ke platform yang sudah ada. Dampak chatbot AI terhadap industri mesin pencari akan tergantung pada banyak faktor, seperti adopsi teknologi chatbot oleh pengguna, kemampuan teknologi itu sendiri, dan strategi perusahaan yang terlibat. Oleh karena itu, sulit untuk memprediksi dengan pasti bagaimana chatbot AI akan memengaruhi dominasi Google atau mesin pencari lain di pasar."
Source | : | Dailymail.co.uk,Seeking Alpha,The Insane App |
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR