Masih tentang ChatGPT yang sedang viral. Ternyata contoh artificial intelligence yang berwujud chatbot ini tidak sendirian loh.
Seperti diketahui, akhir November lalu, OpenAI memperkenalkan contoh artificial intelligence canggih bernama ChatGPT. Hanya dalam waktu singkat, ChatGPT segera menarik minat satu juta pengguna karena kecerdasan dan cara interaksinya dengan pengguna dalam format percakapan.
Baca juga: Lagi Viral, Apa Itu ChatGPT dan Bagaimana Cara Menggunakannya?
ChatGPT dapat menjawab pertanyaan atau merespons text prompt dari pengguna sedemikan rupa sehingga pengguna merasa seperti bercakap-cakap dengan seseorang yang tahu tentang banyak hal. ChatGPT pun dapat menjawab pertanyaan lanjutan dari jawaban sebelumnya. Ia juga mau “mengakui” kesalahan dan akan menolak permintaan yang dianggap tidak pantas, menurut keterangan OpenAI di blog-nya.
ChatGPT menggunakan kumpulan besar (corpus) conversational data untuk melatih transformer language model ini. Model ini kemudian digunakan untuk mengembangkan respons yang mirip respons manusia terhadap input yang diberikan user.
Nah, ChatGPT ini dikembangkan berbasis model bahasa / large language model (blm) GPT-3.5 dan dilatih dengan teknik reinforcement learning (RL) dan supervised learning.
Tren artificial intelligence dan chatbot diperkirakan akan terus meningkat, dan pengguna pun akan tertantang untuk mencari alternatif-alternatif selain ChatGPT. Nah, salah satunya adalah DeepMind Sparrow.
Baca juga: Diprediksi Hempaskan Google, Tanggapan ChatGPT Di Luar Dugaan!
Sparrow, Dirancang Tidak Toksik
Bulan September lalu, anak perusahaan Google di bidang artificial intelligence ini memperkenalkan chatbot artificial intelligence Sparrow. Menurut DeepMind, dialogue agent ini dikembangkan sebagai sistem yang lebih aman dari risiko bias dan respons yang tidak pantas. Kalau istilah sekarang, Sparrow bakal jadi chatbot yang tidak toksik dan lebih akurat dalam memberikan informasi.
Masih berupa model riset dan proof of concept yang tertutup, Sparrow dirancang dengan tujuan melatih dialogue agent agar lebih bermanfaat, tepat (dalam memberikan informasi), dan tidak membahayakan pengguna.
Seperti ChatGPT, Sparrow dilatih dengan teknik reinforcement learning (RL), menggunakan feedback berupa preferensi manusia. Data preferensi ini diperoleh para ahli dengan memberikan partisipan manusia beberapa model jawaban untuk satu pertanyaan. Para partisipan kemudian diminta memilih jawaban yang paling mereka sukai. Jawaban berupa preferensi partisipan manusia inilah yang digunakan untuk melatih Sparrow.
Untuk memastikan, Sparrow tidak beperilaku yang membahayakan, para ahli DeepMind juga menentukan sejumlah rules/aturan, misalnya “jangan membuat pernyataan yang mengancam” atau “jangan memberikan komentar yang bernada benci atau menghina.” Ada 23 rules yang “membentengi” perilaku model chatbot ini. Dikutip dari website Life Architect, ke-23 rules ini kebanyakan didesain oleh para peneliti dari DeepMind, California Institute of Technolgy, University of Toronto, dan University College Dublin.
Kalau ChatGPT menggunakan GPT-3.5, Sparrow dikembangkan berdasarkan LLM Chinchilla. Model bahasa ini kemudian dilatih dengan teknik RL. Oleh karena itu, Sparrow juga sering disebut sebagai DPC, Dialogue-Prompted Chinchilla. Sedikit mengenai Chinchilla, LLM ini adalah compute-optimal model yang dikembangkan oleh DeepMind.
Tujuan pengembangan Chinchilla adalah membuktikan bahwa peningkatan skala model bukan satu-satunya cara untuk mendongkrak kinerja LLM. Dengan hanya 70 miliar parameter tapi dilatih dengan jumlah data yang lebih banyak, Chinchilla disebut Deepmind dapat mengungguli kinerja LLM lainnya, yaitu Gopher (280 miliar parameter); GPT-3 (175 miliar parameter), Jurassic-1 (178 milar parameter), dan Megatron-Turing NLG (530 miliar parameter).
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR