Penulis: Erwin Sukiato, Country Manager for Indonesia, Cloudera
[Redaksi] Teknologi terkini, seperti AI dan machine learning, telah dimanfaatkan secara inovatif oleh berbagai organisasi. Sehubungan dengan hal itu, Cloudera memprediksi tiga hal ini akan menjadi prioritas bisnis di tahun 2023.
Berbagai perusahaan di semua industri sedang dalam proses mewujudkan upaya transformasi digital mereka dan ingin semakin mengerahkan teknologi baru seperti artificial intelligence/AI atau kecerdasan buatan dan machine learning untuk meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi biaya.
Evolusi algoritma artificial intelligence dan machine learning yang berkelanjutan telah mendorong adopsi machine learning dan pemrosesan. Kita melihat berbagai organisasi memanfaatkan teknologi ini dengan cara-cara yang inovatif yang mentransformasi bisnis, mulai dari lembaga keuangan hingga telekomunikasi, manufaktur hingga retail.
Seiring makin banyaknya industri yang matang secara digital dan mengadopsi teknologi ini secara luas, 2023 akan menjadi tahun yang sangat penting bagi organisasi yang ingin mengaplikasikan solusi teknologi baru pada seluruh fungsi bisnisnya.
Berikut adalah tiga tren yang diprediksi akan mendominasi prioritas bisnis pada tahun 2023.
Tren 1: Memperlakukan data sebagai aset bisnis
Dalam beberapa tahun terakhir ini, berbagai organisasi/perusahaan menghasilkan data dalam volume yang belum pernah terjadi sebelumnya, sebagai hasil dari aktivitas digital mereka, dan meningkatnya touch point pelanggan digital. Hal ini terutama terjadi di industri, seperti telekomunikasi, retail, layanan kesehatan, manufaktur, asuransi, dan keuangan. Dan dengan kemungkinan terjadinya perluasan jaringan 5G di seluruh wilayah, volume data ini diprediksi akan meningkat secara signifikan dengan perluasan jaringan 5G di kawasan ini.
Di Asia Pasifik, kami mengamati bahwa banyak organisasi melakukan, atau berencana melakukan lebih banyak hal dengan data, dan memangkas waktu untuk mendapatkan nilai dari data. Data mengandung insight berharga untuk pengambilan keputusan bisnis yang penting, dan organisasi yang paling inovatif dan sukses memahami bahwa data adalah sumber daya strategis yang membutuhkan strategi tersendiri. Bentuk strategi ini tergantung pada kebutuhan unik organisasi, karena satu hal akan mempengaruhi hal lainnya. Tidak ada pendekatan yang seragam untuk semua perusahaan; strategi harus terus berkembang sesuai dengan prioritas bisnis.
Satu hal yang pasti adalah, memiliki strategi data enterprise yang selaras dengan strategi cloud organisasi dan prioritas bisnis akan membantu organisasi mendorong value bisnis yang lebih besar dengan meningkatkan efisiensi operasional dan membuka revenue stream baru. Menurut temuan dari penelitian Enterprise Data Maturity, sebanyak 5,97% enterprise di Asia Pasifik yang memiliki strategi data yang matang melaporkan mengalami pertumbuhan keuntungan yang lebih tinggi.
Dengan tool yang tepat, memilih insight yang bisa ditindaklanjuti dari data untuk meraih objektif bisnis atau membuka revenue stream baru, bisa dicapai dengan mudah oleh organisasi dari semua skala di seluruh industri, terutama dengan ketersediaan fungsi layanan mandiri yang tidak membutuhkan keahlian ops atau cloud tertentu.
Tren 2: Mengoperasionalkan sistem AI adaptif untuk pengambilan keputusan bisnis yang lebih cepat.
Kebutuhan pemrosesan data, streaming, dan sharing secara real-time untuk mendukung organisasi bertransformasi menjadi organisasi yang data-driven terus meningkat. Kami memperkirakan akan ada lebih banyak perusahaan yang berinvestasi untuk membangun sistem AI adaptif. Sistem ini dapat ‘mencerna’ data dalam jumlah dengan interval yang tinggi, dan beradaptasi terhadap perubahan dan variasi secara cepat.
Yang akan menentukan pemenang dari mereka yang lamban adalah kecepatan mengeksekusi analitik prediktif (predictive analytic), dan rasio biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang diperoleh (cost-benefit) terkait paradigma algoritma tersebut. Kemampuan organisasi dalam menciptakan kepercayaan terhadap AI yang bisa digunakan dan dijelaskan untuk pengambilan keputusan yang lebih cepat dan fleksibel akan membedakan antara pemimpin dari yang lainnya.
Kami perkirakan organisasi/perusahaan akan mengubah fokus, tidak hanya algoritma, yakni ke hal-hal seperti dashboard prediktif yang business-ready, visualisasi, dan aplikasi yang menyederhanakan penggunaan sistem AI untuk mencapai kesimpulan. Hal ini akan membantu bisnis dengan cepat memahami dampaknya terhadap bisnis dan bertindak dengan percaya diri.
Kami sudah bekerja sama dengan berbagai organisasi di Asia Pasifik mengoperasionalkan data analytic dan solusi AI untuk membuka kunci pengambilan keputusan yang data-driven dan efisiensi operasional, dan dengan cepat melihat keuntungan bisnis.
Contohnya adalah Bank BRI di Indonesia membangun lima layer arsitektur TI untuk meningkatkan efisiensi operasional dan memungkinkan developer untuk memanfaatkan teknologi AI dan ML. Arsitektur TI baru ini memungkinkan BRI menyimpan, mengonsolidasikan, dan memproses informasi dari beberapa aliran data di satu platform.
Langkah ini meningkatkan kemampuan bank mendeteksi fraud dan credit scoring, serta mengembangkan produk microfinancing digital yang baru. Dengan deteksi fraud secara real time melalui BRIForce, BRI dapat mengotomatisasi proses yang dapat menemukan anomali dalam event streaming yang muncul dari beberapa touch point nasabah, dari jangka waktu dua bulan, menjadi beberapa detik saja. (Sumber: studi kasus nasabah BRI)
Tren 3: Perpindahan yang berkelanjutan ke public cloud dan hybrid cloud, mengoptimalkan penyebaran (deployment)
Pengeluaran untuk public cloud dan volume beban kerja di berbagai organisasi dari semua skala terus mengalami akselerasi karena kebijakan mengedepankan cloud (cloud-first) dan migrasi cloud menjadi agenda utama para pemimpin TI senior. Namun pengeluaran ini dalam jumlah yang signifikan terbuang percuma karena organisasi kesulitan mengoptimalkan biaya secara efektif.
Menurut 2022 State of the Cloud Report dari Flexera, responden memperkirakan organisasi mereka memboroskan 32% pengeluaran cloud pada 2021, atau naik dari 30% pada tahun sebelumnya. Karena optimalisasi biaya masih menjadi iniasitif cloud paling utama bagi organisasi sampai tahun ke-6 pengoperasiannya, kemungkinan besar kita akan melihat organisasi memilih strategi yang lebih hemat biaya, dapat memberikan hasil dengan cepat dan efisien, termasuk:
Di sinilah pemanfaatan arsitektur data modern seperti data lakehouse, data fabric dan data mesh, menjadi sangat penting untuk mendorong efisiensi bisnis para berbagai aktivitas operasional. Selain untuk mengelola data on-premise dan di public cloud atau private cloud, arsitektur data modern ini juga secara intrinsik didesain untuk mengatasi kerumitan, seperti masalah keamanan dan tata kelola. Arsitektur data modern juga menjawab kekhawatiran tim TI dalam hal membuka akses ke data organisasi.
Organisasi/perusahaan bisa mempertimbangkan untuk pindah ke platform data hybrid yang dapat mengelola seluruh siklus hidup analitik data dan machine learning. Platform tersebut harus memiliki fitur keterbukaan dan interoperasionalitas yang memudahkan berbagi dan memungkinkan fungsi layanan mandiri, seperti Cloudera Data Platform (CDP), yang memiliki fitur bawaan shared data experience (SDX). Fitur ini menyediakan common metadata, keamanan, dan model tata kelola bagi bisnis, di seluruh data mereka.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR