Pulih dari pandemi, perusahaan-perusahaan di Asia Pasifik masih harus melalui badai disrupsi sambil terus meningkatkan digitalisasi. International Data Corporation (IDC) menyarankan perusahaan fokus pada tiga agenda utama ini dan tantangannya 2023.
Disrupsi masih menjadi tantangan bagi berbagai organisasi dan perusahaan di kawasan Aisa Pasifik. Kelangkaan talenta, intensitas tinggi keamanan siber, dinamika supply chain, pembatasan COVID, inflasi, dan ancaman resesi adalah persoalan yang akan dihadapi perusahaan di 2023. Padahal ada sejumlah PR yang juga harus mereka selesaikan, seperti reduksi biaya, peningkatan efisiensi operasional, pertumbuhan pendapatan, dan peningkatan pengalaman pelanggan.
Jajaran manajemen puncak perusahaan tidak hanya harus mendorong strategi yang digital-first dan memanfaatkan teknologi untuk bersaing dan mengimplementasikan inovasi digital. Mereka juga harus mentransformasi perusahaan menjadi bisnis digital yang tangguh (resilience).
IDC memprediksi, pada 2024, 30% organisasi akan memiliki strategi business continuity crisis management yang mencakupkan continuous intelligence dan memungkinkan organisasi bereaksi gesit terhadap guncangan dan disrupsi ekonomi di masa depan.
“CIO perlu secara aktif memanfaatkan kemampuan resiliensi organisasinya sebagai keunggulan kompetitif. Mereka harus menggunakan ini tidak hanya untuk beradaptasi dan bertahan, tetapi yang lebih penting lagi adalah untuk berkembang dan memberikan diferensiasi keuangan, rantai pasokan, ekosistem, dan keberlanjutan,” ujar Sandra Ng, GVP & General Manager untuk Asia/Pacific Research, IDC.
Bangun Resiliensi, Tambah Pengeluaran TI
Selanjutnya IDC juga memprediksi bahwa pengeluaran organisasi untuk teknologi digital akan tumbuh 3,5 kali dari ekonomi di 2023. IDC pun melihat, strategi budgeting TI di masa krisis yang memangkas capex dengan cara memperpanjang upgrade PC dan infrastruktur, memangkas karyawan kontrak, dan menunda proyek baru selama satu tahun, tidak akan efektif.
Sebagai gantinya, IDC menyarankan agar buku pedoman resesi untuk tahun 2023 adalah mengadopsi as-a-service delivery dan operating model, memanfaatkan karyawan kontrak untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja, dan fokus pada proyek bisnis digital yang mendatangkan dampak besar bagi perusahaan.
Pada 2026, IDC juga memperkirakan, 40% dari pendapatan total 2000 organisasi yang berbasis di Asia akan dihasilkan dari produk, layanan, dan pengalaman digital. Untuk mencapai ini, para digital-first CIO di organisasi di Asia Pasifik harus mendefiniskan kembali enterprise value-nya di era bisnis digital dengan menciptakan dampak finansial, ekosistem, dan ESG/keberlanjutan. Menurut IDC, organisasi harus mengimplementasikan bisnis digital yang meningkatkan keuntungan, berpartisipasi dalam ekosistem digital untuk mengakselerasi pertumbuhan pendapatan, dan berinvestasi digital untuk mendorong kemampuan memenuhi ESG.
Fokus pada Tiga Agenda Utama
Selanjutnya, IDC juga memaparkan tiga agenda utama yang harus menjadi fokus para pemimpin bisnis dan teknologi dalam jangka pendek adalah:
#1: Platform-first - Di tahun 2025%, 60% dari penawaran infrastruktur, keamanan, data, dan jaringan akan membutuhkan platform kontrol berbasis cloud yang memungkinkan extensive automation dan menjanjikan pengurangan besar pada biaya operasionaal berjalan.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR