Jumlah Cyber Attack Meningkat
Sejalan dengan penggunaan komputer serta jaringan komputer yang makin banyak, membuat mereka makin menarik pula untuk para cyber attacker alias penyerang siber. Dengan banyaknya yang menggunakan, dampak cyber attack — salah satu cyber security incident — yang berhasil juga menjadi signifikan. Bertambahnya cyber attack ini pun membuat cyber security kian penting.
Meningkatnya jumlah cyber attack di dunia dan Indonesia antara lain tergambar dari laporan yang dikeluarkan CPR (Check Point Research), Deep Instinct, dan BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara). CPR dan Deep Instinct menggambarkan pertambahan jumlah cyber attack di dunia, sedangkan BSSN menggambarkan pertambahan jumlah cyber attack di Indonesia.
Menurut CPR, pada tahun 2021, jumlah cyber attack pada jaringan perusahaan setiap minggunya mengalami peningkatan sebesar 50% dibandingkan sebelumnya. Sementara, Menurut Deep Instinct, jumlah cyber attack menggunakan malware mengalami peningkatan sebesar 358% pada tahun 2020 dibandingkan tahun 2019. Khusus ransomware, peningkatannya sebanyak 435% pada tahun 2020 dibandingkan sebelumnya.
Adapun menurut BSSN, pada Januari sampai Mei 2021 terdapat cyber attack dengan jumlah sekitar 480 juta di Indonesia. Padahal, sebelumnya pada tahun 2020, jumlah cyber attack yang tercatat sekitar 495 juta. Dengan kata lain, tak sampai semester pertama tahun 2021 selesai, jumlah cyber attack yang tercatat oleh BSSN di Indonesia sudah sangat mendekati jumlah sepanjang tahun 2020.
Kerugian Akibat Cyber Attack yang Besar
Tak sekadar jumlah cyber attack yang meningkat, kerugian yang dihasilkan cyber attack pun besar. Ambil contoh WannaCry yang sempat menghebohkan dunia beberapa tahun lalu. Menurut Kaspersky, WannaCry mengakibatkan kerugian setidaknya US$4 miliar secara global. WannaCry menginfeksi lebih dari 230.000 perangkat di 150 negara.
Atau dugaan cyber attack yang dialami Acer pada Maret 2021 lalu. Acer memang tidak mengonfirmasi dugaan tersebut, tetapi juga tidak menyatakan bahwa dugaan itu adalah salah. Andai benar, cyber attack oleh REvil terhadap Acer ini melibatkan permintaan ransom alias tebusan sebesar US$50 juta. Bukan sekadar besar, menurut BleepingComputer, US$50 juta adalah nilai tebusan tertinggi yang diketahui saat itu; tidak semua perihal tebusan ransomware dibuka ke publik.
Spesifik Indonesia, mengutip Microsoft, berdasarkan studi Frost & Sullivan yang dilakukan pada tahun 2018, potensi kerugian ekonomi di Indonesia yang diakibatkan oleh cyber attack yang berhasil bisa mencapai US$34,2 miliar. Besarnya nilai kerugian tersebut adalah lebih dari 3% PDB Indonesia pada tahun 2018.