Teknologi cloud computing saat ini telah menjadi bagian penting proses bisnis perusahaan Indonesia. Survei yang dilakukan Alibaba menemukan, 77% perusahaan Indonesia saat ini telah menggunakan solusi berbasis public cloud, baik dalam bentuk SaaS, PaaS, maupun IaaS.
Lembaga riset IDC pun meyakini, trend cloud 2023 ke depan akan terus meningkat secara tajam. Hal ini tidak lepas dari tuntutan go-digital yang semakin tinggi, sehingga perusahaan mengandalkan cloud karena mempercepat time to market.
Lalu, apa saja hal-hal penting yang mengemuka dari semakin tingginya adopsi cloud? Berikut prediksi InfoKomputer berdasarkan beberapa sumber.
1. Hybrid Workplace mendorong pemanfaatan cloud
Saat ini, kondisi kerja relatif sudah mendekati normal seperti saat sebelum pandemi. Akan tetapi, gaya bekerja hybrid workplace (ketika karyawan bisa bekerja dari mana saja) sepertinya tidak akan hilang. Hal inilah yang membuat adopsi cloud, terutama Software-as-a-Service (SaaS), masih akan tumbuh dalam beberapa tahun ke depan.
Sebuah studi yang dilakukan Gartner menemukan, 80% responden saat ini menggunakan collaboration tools berbasis cloud untuk menjalankan tugasnya. Angka ini meningkat 44% dibanding periode sebelum pandemi. Ke depan, perusahaan akan semakin aktif memanfaatkan layanan SaaS seperti untuk project management, knowledge management, dan lain sebagainya.
Gartner juga menyebut, adopsi desktop-as-a-service akan mencapai US$3,2 miliar di tahun 2023 nanti. Jadi daripada menyediakan komputer untuk karyawan, perusahaan akan beralih ke virtual desktop berbasis cloud. Lagi-lagi, hal ini didorong semakin menjamurnya gaya bekerja hybrid workplace.
2. Vertical SaaS akan semakin berkembang
Bicara SaaS, salah satu trend ke depan adalah semakin banyaknya vertical SaaS, alias SaaS yang menyasar industri atau proses bisnis tertentu. Studi Fractal Software menunjukkan, nilai pasar vertical SaaS meningkat dari US$178,9 miliar di Q1 2020 menjadi US$441,4 miliar di Q3 2021.
Meski secara segmen terbatas, vertical SaaS menjadi relevan karena langsung menjawab pain point dari sebuah industri. Beberapa contoh dari vertical SaaS yang telah mendulang sukses adalah Toast (software Point-of-Sales), Procore (Construction Management Software), serta Blend (CRM untuk bank).
Ketika transformasi digital kini menjadi strategi utama pelaku bisnis di berbagai industri, vertical SaaS yang menjawab kebutuhan industri secara spesifik pun akan semakin dicari.
3. Eranya multi cloud
Saat ini, pilihan penyedia cloud semakin luas, termasuk yang memiliki data center di Indonesia. Kompetisi ini melahirkan keuntungan tersendiri bagi perusahaan dalam mengadopsi cloud, termasuk menggunakan cloud dari berbagai penyedia layanan atau biasa disebut multi cloud.
Menurut data Statista, 94% perusahaan enterprise akan mengadopsi pendekatan multi cloud pada tahun 2023 ini. Bahkan untuk perusahaan kelas menengah, adopsi multi cloud juga akan mencapai angka yang cukup tinggi, yaitu 79%, di menggunakan multi cloud
Pendekatan multi cloud ini semakin populer karena menawarkan berbagai keuntungan bagi perusahaan. Yang utama, perusahaan tidak tergantung sepenuhnya kepada satu penyedia layanan cloud. Jika ada kegagalan di penyedia cloud tersebut, misalnya, perusahaan bisa dengan mudah mengalihkan workload ke penyedia layanan cloud lain.
Keuntungan lain adalah perusahaan bisa memanfaatkan keunggulan dari masing-masing penyedia layanan cloud. Contohnya perusahaan bisa menggunakan solusi BigQuery di Google Cloud karena paling canggih dalam proses analisis data, namun melakukan data backup di Alibaba Cloud karena paling murah.
Kepopuleran multi cloud juga didukung oleh semakin matangnya teknologi container. Dengan container, aplikasi dapat berpindah dengan lebih mudah tanpa ada dependency yang rumit pada sistem cloud provider.
4. Faktor keamanan akan menjadi perhatian tersendiri
Menggunakan cloud memang menawarkan banyak kelebihan, namun juga memiliki tantangan tersendiri. Salah satu yang kian menjadi perhatian adalah sisi keamanan. Di tengah meningkatnya insiden kebocoran data dan semakin ketatnya regulasi, perusahaan semakin serius dalam melakukan pengamanan data.
Salah satu teknologi yang diramal akan banyak diadopsi dalam mengamankan cloud adalah Zero Trust. Studi Zgaler menemukan, 68% responden menyebut cloud security akan sulit dicapai dengan pendekatan tradisional seperti firewall dan VPN. Karena itu, pendekatan baru seperti Zero Trust akan banyak diadopsi dalam melindungi data di cloud.
Demikian beberapa prediksi terkait adopsi cloud di tahun 2023 ke depan. Anda siap menghadapi trend tersebut?
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR