Era on-demand economy menuntut perusahaan mampu menghadirkan produk dan layanan secara real time, di tengah ekspekstasi pelanggan yang terus berubah. Dalam konteks Industry 4.0, Zebra Technologies (Zebra) menjawab tantangan ini dengan menyediakan visibilitas, konektivitas, dan automasi.
On-demand economy atau ekonomi berdasarkan permintaan merupakan suatu model ekonomi yang didorong oleh teknologi yang memungkinkan bisnis untuk memenuhi permintaan konsumen dengan segera.
Menjawab tantangan itu, Zebra merancang produk-produknya untuk memberi perusahaan enterprise asset intelligence, menurut Chief Technology Officer, Zebra Technologies, Tom Bianculli. Yang dimaksud aset di sini bisa berupa item yang bernilai atau bermanfaat, produk, suku cadang, orang, layanan, atau kualitas. Setiap aset, menurut Tom, idealnya terlihat dan terkoneksi agar dapat dimanfaatkan secara optimal.
Dengan adanya konektivitas dan visibilitas aset secara menyeluruh, perusahaan akan memiliki data untuk mendapatkan insight mengenai perangkat, workflow, dan tugas. Hal ini menurut Tom sangat penting untuk menciptakan pengalaman yang real time bagi pelanggan.
“Perusahaan dapat memanfaatkan informasi yang diperoleh untuk melakukan ‘sense & respond’ dalam rangka mengambil keputusan secara real time dengan lebih baik,” imbuhnya.
Selain visibilitas dan konektivitas, dalam rangka mewujudkan Industry 4.0, perusahaan juga akan membutuhkan berbagai bentuk automasi (automation) sehingga perusahaan dapat mengetahui keberadaan dan kondisi barang di supply chain dengan cara-cara yang lebih efisien.
Teknologi yang akan membantu perusahaan melakukan otomatisasi terhadap proses, inventaris, dan sebagainya dalam perjalanan menuju Industry 4.0 adalah RFID dan machine vision, menurut Ryan Goh, Senior Vice President and General Manager, Asia Pacific, Zebra Technologies.
“Kami melihat inilah teknologi yang diimplementasikan pelanggan dalam mewujudkan Industry 4.0, dibantu 5G yang akan memungkinkan konektivitas yang lebih baik,” ucap Ryan. Sementara Zebra juga memanfaatkan teknologi-teknologi terkini, seperti artificial intelligence dan machine learning, untuk meningkatkan kemampuan solusinya.
Baca juga: Gunakan Artificial Intelligence, Zebra Bantu Tingkatkan Visibilitas
Tidak Butuh Implementasi yang Kompleks
Bagaimana perusahaan sebaiknya mempersiapkan diri menuju Industry 4.0? Ryan Goh mengatakan, adopsi Industry 4.0 tidak harus melalui implementasi yang kompleks.
“Biasanya pelanggan mana pun menginginkan peningkatan produktivitas, efisiensi, dan sebagainya, sebagai hasil (Industry 4.0). Dan menurut saya, Anda tidak harus memulai industri 4.0 dengan melakukan hal-hal yang sangat kompleks,” jelasnya.
Dengan menyediakan, misalnya wrist scanner, untuk meningkatkan produktivitas dan memberikan data pergerakan barang, itu saja sudah implementasi industry 4.0, menurut Goh. “Proses sesederhana itu, yang merupakan hasil dari konektivitas, akan benar-benar dapat mendorong hasil yang Anda inginkan, dan sudah masuk dalam Industry 4.0,” imbuh Ryan Goh.
Namun Tom Bianculli mengajak pelaku bisnis melihat juga perubahan-perubahan yang ada. Ia mengamati, pelanggan mengharapkan kenyamanan dalam membeli barang dan mengonsumsi layanan seperti yang mereka rasakan di masa pandemi.
“Ini benar-benar dinamika yang menarik, yang muncul dari pandemi selama beberapa tahun terakhir. Banyak kenyamanan yang sudah biasa dirasakan orang akan tetap ada. It's not going away,” ujarnya kepada InfoKomputer dalam kesempatan wawancara khusus di Nusa Dua, Bali, beberapa waktu lalu.
Pria yang memiliki pengalaman panjang selama 25 tahun di bidang teknologi ini melihat perubahan-perubahan yang dilakukan para pelaku di sektor retail, transportasi dan logistik, manufaktur, dan kesehatan untuk mengakomodasi harapan pelanggan.
Ia mencontohkan, di sektor retail, pebisnis retail tidak lagi menjadikan toko sebagai tempat belanja. “Namun toko atau gerai kini bertransformasi menjadi fulfillment center, “ jelas Tom. Fulfillment center merupakan tempat penyimpanan sementara barang atau produk untuk dikelola dan kemudian diproses guna memenuhi pesanan pelanggan.
Di sektor pergudangan, Tom melihat pelanggan Zebra tidak lagi berbicara tentang gudang sebagai tempat penyimpanan barang. “Namun mereka berbicara tentang gudang sebagai flow center yaitu tempat barang selalu bergerak masuk dan keluar,” imbuhnya.
Teknologi-teknologi Industry 4.0, seperti RFID, automation, dan computer vision memungkinkan perubahan-perubahan tersebut dilakukan. Aneka teknologi tersebut juga memungkinkan perusahaan membangun dan menjaga digital conversation dengan pelanggannya. Misalnya, memastikan pengiriman barang dilakukan saat penerima ada di rumah.
Dorong Sustainablity
Lebih jauh kedua petinggi Zebra Technologies ini juga memaparkan bagaimana penerapan teknologi industry 4.0 dapat berkontribusi pada pencapaian sustainability sebagai bagian dari ESG goal.
Pemanfaatan perangkat genggam di bisnis retail memungkinkan para pekerja di gerai atau di gudang berkomunikasi, berkolaborasi, mengerjakan tugas yang diinstruksikan melalui perangkat. “Dengan cara itu, kita memperoleh informasi digital yang menciptakan visibilitas yang lebih baik. Apa artinya itu? Artinya kita bekerja dengan lebih efisien, dan apa artinya efisiensi? Artinya, lebih sedikit kesalahan, lebih sedikit pemborosan, lebih sedikit waktu terbuang ketika armada menunggu di pintu dermaga, lebih banyak barang dikemas ke dalam kendaraan sebelum menuju destinasi. Juga optimalisasi rute dengan cara yang lebih efisien sehingga berujung pada jejak karbon yang lebih sedikit, lebih sedikit armada yang ada di jalan, dan lain-lain,” tutur Tom Bianculli panjang lebar.
Ia melihat industry 4.0 sebuah dualitas dengan memenuhi harapan pelanggan dan juga memberikan tingkat visibilitas yang memberikan hasil yang lebih sustainable bagi perusahaan. Inilah, menurutnya, yang akan semakin mengakselerasi inisiatif industry 4.0 di berbagai sektor industri dan bisnis.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR