Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI dan Badan Siber Sandi Negara (BSSN) membentuk tim keamanan siber bernama Computer Security Incident Response Team (CSIRT) untuk mencegah pencurian data milik Bawaslu dan menjaga reputasi lembaga.
"Pembentukan CSIRT adalah langkah untuk mencegah terjadinya pencurian data di lingkungan pengawas pemilu. Jangan sampai nanti Bawaslu sebagai pengawas justru juga terkena serangan oleh pihak tidak bertanggung jawab," kata Anggota Bawaslu RI, Puadi, dalam keterangannya.
Puadi mengatakan potensi keamanan siber meningkat menjelang Pemilu 2024. Ia meminta jajaran Bawaslu untuk serius menangani keamanan siber.
"Saya berharap nantinya kita tidak sekedar melakukan seremonial untuk launching CSIRT ini tapi juga memang betul-betul serius. Karena ini bagian dari komitmen Bawaslu agar political will Bawaslu dalam mendukung kebijakan atau system manajemen keamanan di lingkungan Bawaslu dalam apa yang disebut sistem pemerintahan berbasis elektronik SPBE berjalan dengan baik," tuturnya.
Banjir Serangan Siber
Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengungkapkan insiden serangan keamanan siber pada tahun lalu mengalami penurunan dibandingkan dengan 2021 yang mencapai 1,6 miliar serangan.
"Serangan simber hampir mencapai 1 miliar tahun 2022. Ini anomali-anomali ancaman yang ada di ruang siber," kata Kepala BSSN Hinsa Siburian di Jakarta.
BSSN mencatat serangan siber 976.429.996 pada 2022 dengan anomali trafik paling banyak masih berasal dari aktivitas malware.
Aktivitas malware adalah serangan dari perangkat lunak yang dirancang mampu merusak sistem komputer atau jaringan komputer sehingga membahayakan pemilik perangkat.
Pada 2022, malware tercatat mendominasi dibanding dengan jenis serangan-serangan siber lainnya dengan total persentase 56,84 persen.
Di posisi kedua, kebocoran data atau information leak menjadi serangan siber terbanyak dengan persentase 14,75 persen.
Juru Bicara BSSN Ariandi Putra mengatakan serangan siber yang menyita perhatian salah satunya seperti kebocoran data yang diungkap oleh peretas bernama Bjorka. Berulang kali Bjorka mengungkap kebocoran data mulai dari data-data pelanggan di beberapa korporat dan badan serta beberapa pejabat publik.
"Dari beberapa insiden kebocoran data yang menghiasi sepanjang 2022 itu telah kita identifikasi. Ada beberapa yang kita temukan dan ternyata pengulangan dari kasus dugaan kebocoran data sebelumnya," ujar Ariandi.
Serangan siber lainnya yang mengancam keamanan siber Indonesia adalah Trojan Activity sebesar 10,9 persen dan disusul dengan serangan siber lainnya yang dikelompokkan sebagai serangan lain-lain sebesar 17,51 persen.
Sebagai langkah pencegahan menangkal serangan-serangan siber itu BSSN senantiasa memantaunya lewat National Security Operation Center (NSOC) atau Pusat Operasi Keamanan Siber Nasional.
Selain itu, BSSN juga memberikan notifikasi maupun pedoman kepada lembaga atau pun pemilik layanan sistem elektronik yang mengalami atau berpotensi terkena serangan siber sehingga dapat segera memperbaiki celah keamanannya.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR