Saat ini perusahaan mulai mengadopsi chatbot openAI ChatGPT sebagai salah satu tools di kantornya untuk meningkatkan kinerja. Bahkan, ada riset yang mengungkapkan perusahaan telah melakukan efisiensi pegawai sejak menggunakan ChatGPT.
Salah satu perusahaan fintech asal Jepang LayerX Inc. mewajibkan para karyawan baru atau pelamar kerja dapat dan mahir menggunakan chatbot dari OpenAI Inc. dan Notion AI.
Startup yang fokus pada promosi digitalisasi transaksi bisnis itu mengakui saat ini ChatGPT memang masih belum sempurna tetapi penguasaan teknologi ChatGPT sangat penting untuk meningkatkan kinerja.
"Kami menyadari bahwa ChatGPT tidak sempurna tetapi tutup mata tidak memanfaatkan inovasi teknologi terbaru juga berbahaya," kata Takaya Ishiguro, (Kepala Sumber Daya Manusia LayerX) seperti dikutip Bloomberg.
Tim HRD LayerX akan meminta para pelamar kerja untuk menggunakan ChatGPT. Para penilai akan meninjau apakah mereka memulai prosesnya dengan benar dan melakukan penelitian untuk mengidentifikasi keterbatasan teknologi.
LayerX sendiri baru menerima 5,5 miliar yen atau Rp638 miliar dalam putaran pendanaan Seri A. LayerX mengharapkan para pelamar kerja menguasai nilai keakuratan ChatGPT dan meminta karyawannya mengenali dan menyesuaikan diri dengan teknologi baru seperti ChatGPT meskipun belum bisa diandalkan 100% sebagai penunjang kerja.
"Penting untuk menggunakan teknologi baru dengan cepat," kata Ishiguro.
Dilaporkan sebelumnya, bank Wall Street telah membatasi penggunaan AI seperti ChatGPT. Perusahaan besar Jepang seperti Softbank Group Corp, Mizuho Financial Group Inc., dan Mitsubishi UFJ Financial Group Inc melakukan hal serupa.
Bikin PHK
Inovasi teknologi seperti bermata dua, satu sisi memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia dan di sisi lain bisa menyebabkan malapetaka.
Kehadiran chatbot ChatGPT mendapatkan respon positif dari pasar karena menawarkan banyak kemudahan dan pengalaman baru yang belum pernah ada sebelumnya.
Namun di balik itu, ChatGPT sudah membuat para pekerja kantoran kehilangan pekerjaannya karena beberapa perusahaan mulai menggantikan karyawannya dengan ChatGPT.
Hal itu diungkapkan oleh platform penasihat karier Resumebuilder.com yang melakukan survei ke 1.000 responden pemimpin bisnis.
Dalam surveinya, Resumebuilder.com menanyakan apakah mereka sudah atau berencana menggunakan ChatGPT untuk pekerjaan sehari-hari.
Hasilnya, hampir separuh perusahaan yang disurvei sudah menggunakan ChatGPT. Bahkan, hampir setengah perusahaan mengaku kehadiran ChatGPT sudah menggantikan karyawan di bisnis mereka.
"Para pemberi kerja ingin menggantikan beberapa tanggung jawab pekerjaan dengan ChatGPT," kata Chief Career Advisor Resumebuilder.com Stacie Haller seperti dikutip dari Fortune.
Alasan perusahaan lebih memilih mempekerjakan ChatGPT daripada manusia adalah 66 persen mengaku menggunakan ChatGPT untuk menulis kode, 58 persen untuk copywriting dan kreasi konten, 57 persen untuk dukungan pelanggan, dan 52 persen untuk merangkum rapat dan dokumen lainnya.
Untuk HRD, sebanyak 77 persen perusahaan menggunakan ChatGPT untuk membantu menulis deskripsi lowongan pekerjaan, 66 persen untuk menyusun permintaan wawancara, dan 65 persen untuk menanggapi pendaftar.
"Sebagian besar pemimpin perusahaan terkesan dengan pekerjaan ChatGPT," tulis Resumebuilder.com dalam laporannya.
Penemuan mencengangkan lainnya adalah, hampir semua perusahaan yang menggunakan ChatGPT mengaku jadi lebih hemat setelah mengerahkan chatbot tersebut.
Sebanyak 48 persen perusahaan berhasil hemat hingga lebih dari USD 50.000 dan 11 persen perusahaan menghemat lebih dari USD 100.000 usai menggunakan ChatGPT.
Source | : | Bloomberg |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR