ChatGPT sukses menjadi produk teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan paling fenomenal awal tahun ini. Dalam sekejap, chatbot buatan OpenAI itu sukses meraup ratusan juta pengguna.
Tentunya konsep kerja ChatGPT yang mirip dengan mesin pencari itu membuat Google kebakaran jenggot. Google pun langsung memperkenalkan chatbot AI serupa chatGPT yaitu Google Bard.
Tak mau ketinggalan, perusahaan teknologi lainnya Meta memperkenalkan language model bernama LLaMA untuk membantu komunitas periset AI yang tidak memiliki akses ke infrastruktur berskala besar.
Baru-baru ini, para periset di Stanford University menciptakan chatbot AI Alpaca yang akan menantang ChatGPT di pasar.
Uniknya, tim periset Center for Research and Foundation Models (CRFM) Stanford itu menciptakan pesaing ChatGPT dengan modal kurang dari USD600 atau Rp9 jutaan.
Para peneliti melatih LLaMA 7B, language model paling sederhana dan paling murah buatan Meta.
Sebelumnya, Meta sudah melatih LLaMA 7B dengan 1 triliun token tetapi kemampuan masih di bawah ChatGPT yang telah menjalani beragam fase pelatihan lebih jauh.
Karena itu, tim penelit Stanford melatih LLaMA 7B dengan sederet input dan output, yang prosesnya diautomasi menggunakan API dari OpenAI. Proses tahapan pelatihan itu menghasilkan sekitar 52.000 sampel percakapan, dengan biaya tidak lebih dari USD500 atau Rp8 jutaan.
Kemudian, para peneliti menggunakan data-data tadi untuk diproses dengan 8 GPU superkomputer yang biayanya tidak lebih dari USD100 atau Rp1.5 jutaan. Hasilnya kinerja Alpaca tidak kalah dibanding ChatGPT.
Sayangnya, Alpaca memiliki beberapa kekurangan yaitu kecenderungan untuk menyampaikan tanggapan yang salah dan responnya yang cukup ofensif. Hal itu membuat tim peneliti memutuskan untuk menarik versi demo-nya tidak lama setelah merilisnya ke publik.
Kecenderungan AI untuk berhalusinasi ini juga yang menjadi fokus OpenAI dalam menyempurnakan ChatGPT. Saat merilis GPT-4 pekan lalu, OpenAI mengklaim bahwa versi barunya itu punya kecenderungan 40% lebih tinggi untuk memberikan tanggapan yang faktual.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR