Otoritas perlindungan data setempat (Garante) Italia memerintahkan OpenAI menghentikan akses data warga Italia yang ingin membuat ChatGPT karena alasan privasi dan keamanan.
Dalam keterangan resmi yang tampil di halaman ChatGPT, OpenAI sangat menyesal harus memblokir layanan chatbot ChatGPT untuk pengguna di Italia atas permintaan Garante.
"Kami diperintahkan oleh Garante untuk berhenti memproses data pengguna Italia kemarin," tulis OpenAI.
Garante juga akan menyelidiki OpenAI atas dugaan pelanggaran terhadap General Data Protection Regulation (GDPR) dan khawatir OpenAI telah memproses data pengguna secara tidak sah serta kurangnya sistem untuk mencegah anak di bawah umur mengakses layanan tersebut.
Lantas bagaimana nasib pengguna berbayar ChatGPT Plus di Italia?
OpenAI juga akan mengembalikan dana pengguna yang sudah berlangganan ChatGPT Plus bulan lalu dan akan menghentikan sementara pembaruan langganan di Italia agar pengguna tidak ditagih saat layanan ChatGPT sedang tidak aktif.
OpenAI selalu menjaga privasi pengguna dan akan berdiskusi dengan Garante untuk memulihkan akses ChatGPT di Italia.
"Kami berkomitmen untuk melindungi privasi orang-orang dan kami yakin kami menawarkan ChatGPT sesuai dengan GDPR dan undang-undang privasi lainnya," kata OpenAI seperti dikutip TechCrunch.
Kemampuan ChatGPT
Kemampuan ArtificiaI Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan membuat chatbot canggih ChatGPT dan Google Bard mampu melakukan banyak hal yang tidak bisa diberikan oleh mesin pencari sekalipun.
Sebuah studi baru-baru ini berjudul “Bisakah ChatGPT Meningkatkan Keputusan Investasi? Dari perspektif manajemen portofolio”. mengungkapkan program kecerdasan buatan seperti ChatGPT dan BardAI dapat menggantikan peran manajer investasi suatu saat nanti.
“Manajer portofolio profesional dapat meningkatkan produktivitas dengan berfokus pada tugas yang lebih penting sambil dibantu oleh ChatGPT dalam pemilihan beragam aset untuk portofolio tertentu,” tulis penulis makalah Hyungjin Ko dan Jaewook Lee.
Sementara itu para peneliti mengatakan ChatGPT dapat digunakan sebagai “co-pilot” bagi investor, tetapi bukan sebagai peramal masa depan. Penggunaan AI tidak terlalu jauh beda dari robot trading yang sudah digunakan untuk banyak broker ritel.
Bantu Hakim
ChatGPT sukses menjadi produk AI paling sensasional tahun ini karena mampu memberikan pengalaman terbaru dan membantu manusia dalam beberapa hal. Di India, hakim harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan ChatGPT sebelum menjatuhkan vonis hukuman atas kasus pembunuhan.
Hakim di Pengadilan Tinggi Punjab dan Haryana, Anoop Chitkara bingung saat hendak memberikan putusan terhadap terdakwa dan ia bertanya ke ChatGPT apakah Jaswinder Singh, terdakwa pembunuhan dan penyerangan harus dibebaskan dengan jaminan karena sebelumnya Singh meminta penangguhan hukuman penjara.
Sebelumnya, Bar and Bench melaporkan Singh karena diduga melakukan penyerangan dan membunuh seseorang. Singh pun ditangkap pada tahun 2020.
"Apa yurisprudensi dibebaskan dengan jaminan ketika penyerang menyerang dengan kejam?" tanya sang hakim.
Hasilnya, ChatGPT yang berbasis GPT-4 mampu menghasilkan kinerja tingkat manusia pada berbagai tolok ukur profesional dan akademik dengan memberikan laporan setebal 94 halaman.
ChatGPT menganalisa jika penyerang didakwa dengan kejahatan kekerasan yang melibatkan kekejaman, seperti pembunuhan, penyerangan yang diperparah, atau penyiksaan, mereka dapat dianggap sebagai bahaya bagi masyarakat dan berisiko melarikan diri.
“Jika penyerang didakwa melakukan kejahatan kekerasan dengan unsur kekejaman, maka mereka sangat berbahaya bagi masyarakat dan berisiko melarikan diri,” ujar ChatGPT.
“Dalam kasus seperti itu, hakim cenderung tidak memberikan jaminan atau menetapkan jumlah jaminan yang sangat tinggi untuk memastikan bahwa terdakwa hadir di pengadilan serta tidak menimbulkan risiko bagi keselamatan publik,” sambungnya seperti dilansir New York Post.
GPT-4 mampu menyimpulkan disertasi hukum dengan menyatakan bahwa praduga tak bersalah adalah prinsip dasar sistem peradilan. ChatGPT itu menambahkan bahwa meskipun terdakwa bersalah melakukan penyerangan yang kejam, mereka mungkin masih "diberikan jaminan" jika hakim menilai bahwa mereka tidak berbahaya bagi masyarakat atau berisiko melarikan diri.
Akhirnya, berbekal masukan ChatGPT, Hakim Chitkara akhirnya menolak tawaran jaminan terdakwa dengan alasan mereka melakukan tindakan kejam sebelum korban meninggal.
Source | : | TechCrunch |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR