Tak hanya mendatangkan manfaat, teknologi artificial intelligence (AI) dan pemanfaatannya di berbagai bidang juga memantik kekhawatiran. Menjawab tantangan tersebut, Google menerapkan pendekatan “bold & responsible” (berani & bertanggung jawab) dalam memacu inovasi di bidang AI.
Perlombaan artificial intelligence terus memanas. Perusahaan-perusahaan besar di bidang teknologi, seperti Google dan Microsoft, mengakselerasi inovasinya di bidang AI untuk menjadi yang terdepan. Pasalnya, pemenang dalam perlombaan AI digadang-gadang para pengamat teknologi akan mengubah cara manusia menggunakan internet.
Karena perlombaan AI–yang dipicu ChatGPT–Microsoft dan Google mengubah seluruh strateginya hanya dalam hitungan minggu demi menguasai apa yang mereka yakini akan menjadi lapisan infrastruktur baru ekonomi.
Microsoft menginvestasikan $10 miliar pada OpenAI, pengembang ChatGPT dan Dall-E, dan mengintegrasikan generative AI ke dalam software Office dan mesin pencari, Bing. Google merespons kesuksesan ChatGPT dengan mengumumkan “code red” atau keadaan darurat, dan meluncurkan chatbot Bard.
“A race starts today,” kata CEO Microsoft, Satya Nadella, pada awal Februari lalu, seperti dikutip dari Time.com. Dengan ucapan ini Satya Nadella sekaligus melempar sebuah tantangan ke Google. "Kita akan bergerak, dan bergerak cepat," tegasnya.
Namun membiarkan inovasi AI bergulir, menempatkan prioritas pertumbuhan di atas keamanan, tentu bukan hal yang bijaksana, mengingat ada banyak kekhawatiran yang disuarakan terhadap AI.
Bertanggung Jawab Sejak Awal Pengembangan
“Dan sementara kami merasa penting untuk merayakan kemajuan luar biasa dalam AI dan potensi besar yang dimilikinya bagi orang-orang, di masyarakat di mana pun, kami juga harus mengakui bahwa ini (AI) adalah teknologi baru yang masih terus dikembangkan, dan masih banyak lagi yang harus dilakukan,” ujar James Manyika, Senior Vice President of Technology and Society, Google, di ajang Google I/O 2023 beberapa waktu lalu .
Dalam mengembangkan artificial intelligence dan mengintegrasikannya ke dalam produk serta layanan, Google menerapkan pendekatan “bold & responsible” atau berani dan bertanggung jawab. “Dan satu-satunya cara untuk benar-benar berani dalam jangka panjang adalah bertanggung jawab sejak awal,” tegas James Manyika.
Dalam hal keberanian, James mencontohkan terobosan-terobosan di bidang medis yang didukung oleh Google melalui penggunaan software artificial intelligence AlphaFold. Software yang dikembangkan oleh DeepMind ini dapat secara akurat memprediksi bentuk tiga dimensi dari 200 juta protein.
James Manyika menjelaskan, angka tersebut setara dengan hampir semua protein katalog yang dikenal dalam sains. “AlphaFold memberikan kemajuan yang setara dengan hampir 400 juta tahun hanya dalam beberapa minggu,” ujarnya. Hampir satu juta periset di seluruh dunia memanfaatkan prediksi yang dibuat AlphaFold, termasuk para peneliti di Harvard dan MIT.
Namun selain memberikan terobosan yang berani dan bermanfaat, AI juga berpotensi memperburuk tantangan sosial yang ada, seperti bias yang tidak adil, meningkatnya pengangguran, menjamurnya hoaks dan kejahatan siber.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR