Yosia juga menjelaskan fitur root of trust yang disematkan IBM di prosesor Power10. “Pada saat booting, server Power10 akan mengecek semua firmware-nya sampai ke secure boot, akan membentuk satu rantai. Dan kalau aman, (server) bisa langsung up,” ia menjelaskan cara kerja fitur root of trust.
“Dalam server Power juga ada yang namanya isolation, di mana logical partition (LPAR) bisa diisolasi menggunakan hardware partitioning. Misalnya di atas server Power itu ada berbagai macam LPAR atau virtual machine yang bisa dedicated dan bisa juga dibuat pool,” jelas Yosia.
Ancaman terhadap data resilience tidak hanya datang dari ancaman serangan siber tapi bisa juga ketika server down atau mengalami uplanned downtime. “Salah satunya adalah hardware failure. Berdasarkan data ITIC, unplanned downtime IBM Power (dengan Linux, AIX) per menit per server berada di posisi paling bawah, yaitu 1,49 menit/server, atau jarang downtime,”papar Yosia.
Dalam acara yang didukung oleh IBM Indonesia dan PT Multipolar Technology ini, juga diperkenalkan jajaran portofolio server IBM Power10, yang terbagi atas dua kelas, kelas S (scaleout) dan E (enterprise).
“Ada Power10 yang support 1 soket, ada yang 2 soket; ada yang 2U ada yang 4U,” terang Yosia. Jika pelanggan membutuhkan soket yang lebih banyak, IBM menyediakan opsi kelas enterprise IBM Power10 E1050,” jelasnya. Untuk jumlah soket yang lebih banyak dan berbasis sistem operasi IBM i, pelanggan dapat memilih Power10 E1080 yang bisa stacking sampai empat boks atau sampai 16 soket.
Bagaimana jika pelanggan sudah memiliki sistem yang sudah berjalan. Menurut Yosia, IBM dapat membantu dengan konsultasi untuk fondasi terbaik seperti apa dengan tetap memerhatikan sistem yang ada dan kebutuhan pelanggan.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR