“Proses bisnis dan produksi yang kompleks di sejumlah sektor industri kini bisa dilakukan secara digital. Hasilnya, produktivitas bisa meningkat, efisien, dan mengurangi kesalahan manusia (human error)," katanya.
Perusahaan telekomunikasi sebagai penyedia infrastruktur 5G, ujar Aun, juga tengah gencar mengembangkan berbagai solusi bisnis berbasis teknologi machine learning dan AI.
“Teknologi 5G ini kapasitasnya sangat besar, sangat cocok untuk dimanfaatkan di sektor industri,” ujarnya.
“Kolaborasi dengan para pengembang teknologi AI diperlukan agar semakin banyak inovasi solusi bisnis yang lebih cerdas dan inovatif untuk memenuhi kebutuhan pasar yang terus berkembang," katanya.
Aneka solusi bisnis yang bisa dikembangkan dari teknologi kecerdasan buatan, kata Aun, antara lain sistem automasi untuk pemrosesan dokumen, manajemen rantai pasok, atau optimasi logistik. AI juga bisa digunakan untuk pengembangan produk dan layanan inovatif.
Dengan menggunakan teknik pembelajaran mesin dan pengolahan bahasa alami, perusahaan dapat menciptakan asisten virtual, chatbot, atau sistem rekomendasi yang dapat meningkatkan pengalaman pelanggan.
Ia mencontohkan sistem automasi yang dikembangkan XL Axiata pada salah satu site di Kalimantan untuk bisnis batubara.
"Pada industri mining yang sudah didukung 5G, truk-truk sudah tanpa sopir karena dikerjakan secara automasi, dilengkapi fitur early warning system untuk mencegah tabrakan dan lainnya. Bahkan di Cina, jumlah operator truk dengan automasi sudah berkurang, yang awalnya 12 truk untuk 12 operator menjadi 12 truk untuk 3 operator," pungkasnya.
Pentingnya Model Bisnis yang Tepat
Direktur SBE Center of Excellence, Sekolah Bisnis dan Ekonomi (SBE) Universitas Prasetiya Mulya, Dr. Anton Sumarlin, sepakat bahwa kehadiran teknologi disruptif seperti kecerdasan buatan membuka peluang bisnis yang sangat besar dan potensial. Namun, Anton mengatakan, pengembangan produk yang inovatif saja tidaklah cukup.
“Para entrepreneur, termasuk pengembang teknologi, harus mampu menciptakan nilai tambah dari produk yang mereka kembangkan. Untuk itu, diperlukan model bisnis yang kuat agar perusahaan dapat bersaing di tengah perubahan ekosistem bisnis yang pesat," ucapnya.
Dalam merancang model bisnis yang tepat dan kuat, kata Anton, ada lima komponen analisis yang perlu dipelajari pelaku usaha. Pertama adalah value atau nilai.
“Dalam komponen ini, entrepreneur perlu menentukan model bisnis yang dirancang dapat menawarkan manfaat yang dianggap berharga oleh konsumen,” ujarnya.
Kedua, adaptability atau kemampuan beradaptasi. “Model bisnis perlu dirancang untuk mencapai skala keuntungan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.”
Komponen berikutnya adalah rareness atau keunikan khusus. Artinya, ujar Anton, produk atau model bisnis perlu memiliki kekhasan yang dapat dianggap nilai lebih bagi konsumen. Kemudian, inimitability, di mana keunggulan produk sulit atau bahkan tidak dapat ditiru oleh pelaku usaha lainnya. Adapun, komponen kelima yang tak kalah penting adalah monetization.
“Dalam aspek ini, model bisnis harus bisa mendatangkan arus keuangan positif, bahkan keuntungan bagi perusahaan," pungkasnya.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR