Yu memperkirakan bahwa teknologi dalam penelitiannya tidak akan siap untuk digunakan secara klinis selama beberapa tahun - tool ini masih harus mendapat lampu hijau dari Food and Drug Administration.
Namun, penelitian Harvard ini tidak sepenuhnya baru - para ilmuwan di Inggris juga telah melirik teknologi AI sebagai tool untuk meningkatkan pengobatan dan deteksi kanker.
Awal tahun ini, sebuah tim peneliti medis di London mengembangkan tool AI yang dapat mengidentifikasi apakah pertumbuhan abnormal yang ditemukan pada CT scan adalah kanker atau tidak.
Masih dari London juga, sebuah startup bernama Kheiron Medical Technologies, yang didirikan oleh ilmuwan komputer asal Hungaria, Peter Kecskemethy, mengembangkan tool AI untuk membantu para ahli radiologi mendeteksi kanker payudara.
"Kita membutuhkan AI untuk mengatasi kanker, dan itu bisa diatasi dengan AI," kata Kecskemethy.
Baca Juga: Tak Kalah Canggih, Ini Daftar Alternatif Chatbot AI Selain ChatGPT
Baca Juga: Alibaba Cloud Kenalkan Model AI Penghasil Gambar Tongyi Wanxiang
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR