Perusahaan software terbesar asal India, Wipro akan menghabiskan 1 miliar dollar AS atau sekitar Rp14,97 triliun selama 3 tahun ke depan untuk memberikan pelatihan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan kepada para karyawannya.
CEO Wipro Thierry Delaporte mengatakan perusahaan akan memberikan pelatihan tentang dasar-dasar penggunaan AI yang bertanggung jawab dalam setahun ke depan. Ia melihat teknologi AI akan memegang peranan penting di masa depan terutama dalam pengembangan software.
"Kami berharap pelatihan ini akan menjadi pondasi perubahan di masa depan," katanya seperti dikutip dari CNN.
Saat ini jumlah staf Wipro tercatat sebanyak 250.000 orang yang berada di 66 negara. "Kami tidak ingin tertinggal dengan lainnya dalam pengembangan AI. Kami harus berubah dan memberikan pelatihan ini," ujarnya.
Thierry mengatakan perusahaan sedang meluncurkan sistem perangkat lunak untuk mengintegrasikan AI ke dalam setiap platform dan alat yang digunakan secara internal dan ditawarkan kepada klien.
"Saat ini banyak bisnis yang menggunakan AI. Tujuannya, untuk mendukung atau menggantikan tugas yang biasanya dilakukan oleh manusia," ujarnya.
Ganti Chatbot AI
Startup asal India Dukaan melakukan kebijakan ekstrem dengan memecat 90 persen karyawannya dan akan menggantikan mereka dengan chatbot artificial intelligence (AI). Startup itu sendiri memberikan layanan bagi pengguna yang ingin membuka toko online-nya sendiri.
Suumit Shah (Pendiri dan CEO Dukaan) mengakui ia telah memecat sebagian besar karyawan support-nya dan menggantikannya dengan chatbot AI. Shah pun mengungkapkan
Dukaan berhasil mengembangkan chatbot dan platform AI dalam jangka waktu yang pendek dan memamerkan kemampuan chatbot AI itu yang bisa memangkas waktu respons terhadap pertanyaan dan permintaan konsumen.
"Mengingat kondisi ekonomi sulit, kami memprioritaskan keuntungan ketimbang mengejar status unicorn. Kini chatbot AI ini bisa menjawab semua jenis pertanyaan dengan cepat dan akurat," kata Shah dalam cuitannya seperti dikutip BBC.
Keputusan Shah itu pun panen hujatan netizen di media sosial.
"Pria yang memecat orang-orang lewat Zoom dan merasa telah melakukan pekerjaan yang lebih baik. Kita semua telah kehilangan empati, ya?" kata @neelesh_salian.
"Seperti yang diperkirakan, ia tidak menyebut 90% staf yang di-PHK. Bantuan seperti apa yang mereka terima?" kata @arnob1.
Saat ini layanan chatbot AI ChatGPT semakin populer dan beberapa perusahaan berencana menggunakan chatbot AI untuk meningkatkan produktivitas.
Sayangnya, dibalik kecanggihan chatbot AI, menyisakan ketakutan di mata manusia karena AI berpotensi menggantikan pekerjaan mereka di masa depan.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR