Saat ini, ada sebuah konsensus yang berkembang bahwa artificial intelligence (AI) merupakan ancaman bagi beberapa jenis pekerjaan. Walhasil, timbulah berbagai pertanyaan. Bagaimana AI dapat diaplikasikan tanpa merugikan, terutama dalam kaitannya dengan pekerjaan manusia?
Menyaksikan perkembangan AI belakangan ini, sebagian dari kita mungkin semakin ketir-ketir bakal terdampak. Terutama setelah munculnya ChatGPT yang memiliki kemampuan untuk melakukan aneka pekerjaan manusia dengan kinerja yang tak kalah atau bahkan lebih baik daripada manusia.
Sejauh mana pekerjaan manusia akan terdampak oleh AI, di mana area yang terdampak, dan bagaimana para pemimpin bisnis dapat mengelola serta mengendalikan dampak tersebut? Glenn Gow yang berprofesi sebagai CEO coach dan juga kontributor Forbes mengajak kita menelaah AI Governance Framework milik Pemerintah Singapura untuk mencoba menjawab berbagai pertanyaan tersebut.
Framework tata kelola AI ini dikembangkan oleh Pemerintah Singapura untuk membantu organisasi dan perusahaan dalam mengadopsi AI secara bertanggung jawab dan efektif. Dan yang terpenting, kerangka kerja ini memerhatikan aspek-aspek yang terkait peran manusia dalam implementasi dan pemanfaatan AI.
Aspek utama dalam framework tata kelola (governance) ini, yaitu fokusnya terhadap “kerugian/kerusakan” (yang mungkin ditimbulkan oleh AI) yang mencakup dua hal.
Pertama, tingkat keparahan dari kerugian (severity of harm) yang dapat ditimbulkan oleh AI dalam peran tertentu, termasuk kerusakan ekonomi, risiko reputasi, dan masalah keamanan publik. Kedua, probabilitas terjadinya kerusakan (probability of harm), jika AI dibiarkan bekerja sendirian, tanpa ada peran manusia dalam urutan (loop) pekerjaan.
AI Governance Framework berperan sebagai satu model yang dapat menjadi landasan dalam melakukan evaluasi tugas-tugas yang cocok dilakukan oleh AI dan kelebihannya dalam hal otonomi, serta mengevaluasi berapa besar otoritas manusia harus dipertahankan dalam pengambilan keputusan.
Ada tiga skenario yang diusung oleh framework ini: human in the loop, human over the loop, dan human outside the loop.
1. Human in the loop (kuadran 2, sisi kanan atas)
Dalam skenario ini, AI dapat meningkatkan dan mendukung pengambilan keputusan oleh manusia tapi peran manusia tetap penting dalam eksekusinya, karena kemungkinan dan tingkat keparahan yang sangat tinggi jika AI melakukan hal yang membahayakan.
Contoh pekerjaan di kuadran ini adalah interpretasi medis (misalnya radiologi), pengembangan software, analisis di bidang hukuml, uji di bidang farmasi, penyelesaian masalah pada layanan pelanggan yang kompleks, sumber daya manusia (rekrutmen dan evaluasi kinerja), keuangan korporasi, dan due dilligence.
Di kuadran ini, AI dapat menghilangkan pekerjaan-pekerjaan yang paling membosankan dan memakan waktu sehingga manusia bisa lebih produktif, berkontribusi terhadap kepuasan dengan pekerjaan, meningkatkan kuantitas maupun kualitas produk kerja.
Source | : | Forbes |
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR