Di tengah gegap gempita ChatGPT, teknologi artificial intelligence (AI), termasuk AI generatif, kini melangkah semakin jauh di lanskap enterprise. Apa saja yang dibutuhkan dalam merealisasikan AI untuk bisnis?
Bagi organisasi dan bisnis, AI adalah sebuah keniscayaan. Pasalnya, teknologi ini diprediksi akan berperan penting dalam meningkatkan perekonomian global. Agnes Heftberger, General Manager & Technology Leader,IBM South East Asia, Australia, New Zealand and Korea (ASEANZK) mengemukakan prediksi, bahwa sampai dengan tahun 2030, atau hanya tujuh tahun dari sekarang, AI akan berkontribusi sebesar US$60 triliun terhadap ekonomi global.
“Di Indonesia, menurut perkiraan Kementerian Keuangan RI, teknologi baru seperti AI akan berkontribusi sebesar US$2,8 triliun terharap perekonomian Indonesia pada tahun 2040,” jelas Agnes saat membuka ajang IBM Tech Summit 2023 di Jakarta, kemarin (10/8).
Tidak hanya diyakini memiliki peran penting bagi perekonomian, survei terbaru yang dilakukan IBM juga memperlihatkan kepercayaan para pemimpin bisnis terhadap teknologi AI. “Delapan puluh persen CEO dari seluruh dunia percaya bahwa AI akan memberikan dampak finansial yang nyata, dan positif terhadap daya saing perusahaan.
Selain meningkatkan produktivitas di berbagai lini bisnis, AI juga disebut Agnes akan merevolusi cyber security. “AI dapat memastikan kita memiliki visibilitas yang jauh lebih besar terhadap serangan yang sedang terjadi, dan kita dapat merespons dengan lebih cepat. Dan khususnya di Asia Tenggara, kita akan membutuhkan kemampuan tersebut karena Asia Tenggara adalah salah satu kawasan yang paling banyak mendapat serangan (siber), termasuk Indonesia,” jelas Agnes.
Bidang lain yang dapat ditingkatkan dengan AI, menurut Agnes, adalah sustainability. “Kita tidak hanya bisa mencapai tujuan tapi bahkan melampaui target-target sustainability perusahaan dengan AI,” kata Agnes.
Adopsi Generative AI, Perhatikan Tiga Hal Ini
Saat ini, masyarakat begitu antusias terhadap kehadiran tool AI, seperti ChatGPT, Bard, Claude, dan sebagainya. Namun bisnis memerlukan AI yang berbeda. “Kita berbicara banyak tentang AI untuk konsumen dan sering kali keren, mengesankan tetapi bukan itu yang dibutuhkan untuk benar-benar mengubah bisnis,” ujar Agnes Heftberger.
Menurutnya, organisasi dan bisnis membutuhkan sistem AI yang akurat, dapat beradaptasi dengan industri, perusahaan, dan organisasi yang menggunakannya, dan scalable. Dan yang terpenting, bisnis memerlukan AI yang beretika, transparan, dan tepercaya.
Secara khusus, Agnes Heftberger juga menyoroti generative AI atau AI generatif yang sedang menjadi hype saat. Sebagai bagian dari IBM, Agnes melihat masa depan yang cerah bersama AI generatif.
Namun ia juga mengingatkan tiga hal kritis bagi bisnis yang ingin memanfaatkan kekuatan AI generatif. Pertama, organisasi dan perusahaan perlu memastikan bahwa AI menjadi bagian dari strategi sehingga AI bisa berperan dalam mendorong keunggulan kompetitif dan nilai bisnis.
Selanjutnya, manfaatkan AI atau AI generatif sesuai skala bisnis. “Saat ini, adalah mungkin untuk mengimplementasikan AI dengan cepat. Kita tidak lagi bicara hitungan bulan seperti sebelumnya. Kita bicara hitungan minggu,” jelasnya. Oleh karena itu, perusahaan dapat dengan mudah dan cepat menerapkan use case AI dari skala indvidu ke skalan organisasi.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR