Perangkat-perangkat ini sering kali ditempatkan dalam sebuah ruangan dan harus bekerja terus-menerus selama 24 jam sehari untuk memroses berbagai macam data yang tersimpan di dalamnya. Hal ini, tentu saja, menimbulkan potensi peningkatan temperatur yang tinggi terhadap peralatan TI.
Untuk mencegah terjadinya overheating (panas berlebih) dan menghindari kerusakan, maka ruang pusat data perlu dipertahankan dalam rentang temperatur yang relatif rendah selama proses operasionalnya. Di sinilah salah satu sumber konsumsi energi utama lainnya, yaitu sistem pendingin.
Data center membutuhkan daya yang sangat besar untuk mengoperasikan sistem pendingin karena sistem ini berfungsi untuk mengelola sirkulasi udara, mempertahankan temperatur dan tingkat kelembapan, serta mendukung seluruh peranti pendukung.
Kini, sejumlah pusat data telah mengadopsi langkah-langkah berkelanjutan untuk meminimalisir ketergantungan terhadap sistem pendingin tradisional; bahkan, berdasarkan hasil riset kami, sebanyak 82% pusat data telah memiliki strategi TI yang berkelanjutan.
Beberapa penyedia layanan membangun pusat datanya di pegunungan untuk memanfaatkan suhu udara yang dingin. Contohnya, Microsoft tengah melakukan uji coba pusat data di perairan yang disebut 'Project Natick' yang terletak di perairan lepas pantai Kepulauan Orkney, Skotlandia.
Namun, kawasan tropis seperti Asia Tenggara tidak memiliki aliran angin dingin yang stabil maupun dikelilingi oleh berbagai sumber aliran air dengan suhu yang dingin, sehingga masih sangat mengandalkan sistem pendingin yang dioperasikan dengan tenaga listrik. Dengan kondisi seperti ini, pusat data perlu untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya air untuk menghemat konsumsi daya.
IT Monitoring ebagai Solusi
Menurut laporan studi Whitepaper Paessler, sebanyak 90% bisnis di ASEAN merasakan manfaat dari solusi monitoring infrastruktur TI secara real-time. Bahkan seluruh pelaku bisnis yang merupakan responden survei di Indonesia mengakui bahwa praktik IT monitoring secara real-time merupakan cara untuk mengoptimalkan konsumsi energi.
Kunci utama untuk mengevaluasi efisiensi energi pusat data bergantung pada seberapa besar kemampuan pusat data untuk mengukur tingkat efisiensi energi. Tanpa melakukan pengukuran konsumsi energi pada pusat data, mustahil untuk dapat mengetahui kondisi awal, memantau perkembangan, dan mengidentifikasi peluang untuk mengoptimalkan efisiensi energi.
Salah satu cara untuk mengukur konsumsi energi adalah melalui perangkat distribusi daya (PDU). PDU berfungsi menyalurkan dan mengontrol daya listrik, khususnya ke berbagai rak dan kabinet yang berada di dalam pusat data.
Akan tetapi, perangkat PDU yang canggih memiliki fungsi monitoring jarak jauh, di mana operator dapat melacak, mencatat, dan meninjau berbagai macam jenis data secara real-time, seperti konsumsi daya, distribusi, fluktuasi, waktu aktif, level muatan, dan lain-lain.
Ketika PDU diintegrasikan dengan solusi monitoring yang dapat mengukur dan mencatat konsumsi energi secara terus-menerus, hal ini akan membantu pusat data untuk memperoleh gambaran umum terkait konsumsi energi secara real-time di seluruh infrastruktur TI mereka. Hal ini mencakup kemampuan monitoring secara menyeluruh di seluruh komponen data center, yang mencakup aspek teknis dan operasional, seperti sistem pendingin dan daya di berbagai lokasi.
Secara keseluruhan, kombinasi output data dari PDU dengan solusi monitoring yang menyeluruh memungkinkan pusat data memiliki keunggulan untuk mendeteksi penyebab pemborosan energi, mengidentifikasi kejanggalan, memantau tren, dan meningkatkan perencanaan efisiensi energi. Dengan demikian, pusat data dapat mengambil keputusan yang tepat untuk mengelola penggunaan daya secara keseluruhan sekaligus mengoptimalkan biaya bisnis.
Meskipun permintaan akan konsumsi data terus meningkat, sangat penting untuk mengelola penggunaan energi yang berkelanjutan demi kelangsungan industri pusat data di kemudian hari.
Bagaimanapun, tantangan yang dihadapi semakin bervariasi dan kompleks. Tantangan operasional, seperti gangguan rantai pasokan, keseimbangan antara biaya dan efisiensi, pengelolaan kapasitas, peningkatan tarif listrik, dan isu seputar keamanan, semakin diperparah oleh persepsi bisnis mengenai transformasi digital dan keberlanjutan yang tidak saling berkaitan dengan satu sama lain.
Dengan situasi tersebut, ekspektasi akan keberlanjutan lingkungan dalam bisnis pusat data semakin meningkat. Akan tetapi, baik individu, pemerintah, perusahaan, maupun industri tidak dapat menyelesaikan permasalahan ini sendirian. Keberlanjutan membutuhkan sebuah pendekatan yang holistik serta mengandalkan peran aktif dari setiap pemangku kepentingan.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR