"Seiring dengan perkembangan AI, data center mendapatkan tantangan baru dalam hal desain dan pengelolaannya. Untuk mengatasi tantangan ini, penting untuk mempertimbangkan beberapa atribut dan tren utama dari beban kerja AI yang berdampak pada data center baru maupun yang lama," kata Yana Achmad Haikal, Business Vice President Secure Power Schneider Electric Indonesia dan Timor Leste.
"Aplikasi AI, terutama cluster pelatihan, sangat intensif dalam hal komputasi dan membutuhkan daya pemrosesan dalam jumlah besar yang disediakan oleh GPU atau akselerator khusus AI. Hal ini memberikan beban yang signifikan pada daya dan infrastruktur pendingin data center. Seiring dengan meningkatnya biaya energi dan pemenuhan kepatuhan terhadap praktik sustainability, data center harus berfokus pada perangkat keras yang hemat energi, seperti sistem daya dan pendingin berefisiensi tinggi, serta pemanfaatan sumber daya terbarukan untuk membantu mengurangi biaya operasional dan jejak karbon," sambungnya.
Membuka Potensi Penuh AI
Panduan Data Center untuk AI dari Schneider Electric mengeksplorasi titik temu antara AI dan infrastruktur data center, yang membahas pertimbangan-pertimbangan utama seperti:
Baca Juga: Schneider Electric Perkenalkan 'Sustainability School' di Tanah Air
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR