Pengembangan teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan begitu masif dalam beberapa tahun terakhir dan telah memasuki setiap lapisan industri untuk mempermudah kinerja manusia tak terkecuali dunia arsitektur.
Sebuah tim ilmuwan dari Universitas Tsinghua China, yang dipimpin oleh Yu Zheng membuat penelitian bertajuk "AI Meningkatkan Desain Komunitas Perkotaan".
Yu Zheng mengatakan mesin pembelajaran dapat menghasilkan tata letak kota yang lebih efisien dibandingkan yang dibuat oleh manusia.
"Teknologi AI mampu mewujudkan visi perencanaan kota ini lebih cepat," katanya.
Yu Zheng dan timnya juga mengembangkan model AI yang mampu melakukan perencanaan kota. Hasilnya, Model AI nya mampu menghasilkan perencanaan kota yang unggul 50 persen lebih baik dalam hal akses terhadap layanan, ruang hijau, dan pengaturan lalu lintas.
"Perencanaan tata ruang kota tidak hanya tentang penentuan lokasi bangunan, taman, dan fungsi-fungsi, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan di mana komunitas kota dapat hidup, bekerja, berinteraksi, dan tumbuh selama waktu yang lama," katanya.
Pada awalnya, Zheng dan timnya menguji model kecerdasan buatan ini untuk merancang area perkotaan dengan ukuran hanya beberapa kilometer persegi.
Setelah dua hari pelatihan dan dengan menggunakan beberapa jaringan saraf, model tersebut berusaha untuk memahami tata letak dan penggunaan lahan yang ideal sesuai dengan konsep kota 15 menit beserta kebijakan dan kebutuhannya.
Meskipun model AI Zheng dan timnya sudah dapat bekerja pada skala yang lebih besar, merancang seluruh kota tetap merupakan tugas yang kompleks.
Mereka mengatakan, "Merancang lingkungan seukuran 4x4 blok memerlukan kemampuan perencanaan dua kali lipat dibandingkan dengan 3x3 blok."
Selain itu, otomatisasi proses perencanaan dapat menghemat banyak waktu. Dalam tugas yang sama, model AI dapat menyelesaikan pekerjaannya dalam hitungan detik, sementara manusia bisa memerlukan 50 hingga 100 menit. Karena itu, perencana kota dapat lebih fokus pada tugas-tugas yang lebih menantang.
Namun, Zheng dan timnya tidak bermaksud menggantikan peran manusia. Mereka melihat model kecerdasan buatan mereka sebagai asisten bagi perencana kota, yang dapat menghasilkan konsep desain yang optimal.
Setelah itu, manusia dapat meninjau, menyesuaikan, dan mengevaluasi desain tersebut sesuai kebutuhan.
Baca Juga: Microsoft Surface Laptop Studio 2 Resmi Meluncur, Pakai Chip AI
Baca Juga: Telkomsel Integrasikan Microsoft Azure OpenAI ke Asisten Veronika
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR