Pasar layanan cloud di Indonesia memiliki prospek yang cerah, menyusul nilai pasar layanan cloud di Indonesia mencapai USS933 juta atau Rp14 triliun. Pertumbuhan pasar layanan cloud di Indonesia mencapai 20 -30 persen setiap tahunnya.
Pertumbuhan layanan cloud yang pesat di Indonesia ini didorong oleh ekonomi digital yang terus berkembang, dengan nilai ekonomi digital di Asia Tenggara mencapai USD200 miliar tahun lalu.
"Peningkatan penggunaan layanan cloud ini disebabkan oleh banyak orang yang lebih memilih cloud daripada membeli hardware tradisional, karena implementasinya lebih mudah dan cepat," kata Megawaty Khie (Direktur Channels and Strategic Partnerships Google Cloud South East Asia, berdasarkan data IDC).
"Sangat tinggi sekarang ini, yang pertama orang malas beli hardware lagi. Mereka dulu beli hardware harus pesan. Harus tunggu dua bulan dan positioning. Lebih gampang implementasi. Kamu ngomong sama saya [menyediakan layanan cloud] sorenya udah ada. Adaptasi meningkat," ujar Megawaty menambahkan.
Namun, satu kendala yang masih dihadapi adalah perizinan dari pemerintah. Terutama dalam sektor perbankan, penggunaan layanan cloud memerlukan izin dari lembaga terkait seperti Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang seringkali memakan waktu yang cukup lama.
"Saya lihat kendalanya dari pemerintah harus lebih mendukung. Kalau si customer kita, terutama perbankan kalau mau coba ke cloud harus izin, minta izin dari BI dari OJK. Biasanya izin cukup agak lama," katanya.
Dampak ke UMKM
Memanfaatkan cloud dan teknologi berbasis cloud lainnya, sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia pada tahun 2030 bisa meraup hingga Rp79,6 triliun setiap tahunnya dari peningkatan produktivitas, menurut laporan terbaru Amazon Web Services (AWS).
Laporan ini juga mengungkapkan dampak penggunaan cloud lainnya, yaitu terciptanya 17,6 juta lapangan pekerjaan, terutama di sektor pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pertanian. Angka tersebut setara dengan 12% dari total lapangan pekerjaan yang tersedia di Indonesia.
Digagas oleh AWS, laporan berjudul “Realising a Cloud-enabled Economy: How Cloud Drives Economic and Societal Impact Through Micro, Small, And Medium-Sized Businesses” (Mewujudkan Perekonomian Diberdayakan Cloud di Indonesia: Bagaimana Teknologi Cloud Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Masyarakat Melalui UMKM) ini menjabarkan potensi manfaat dari migrasi cloud pada UMKM yang tengah menjawab berbagai isu kemasyarakatan.
Menurut laporan yang disusun oleh Accenture ini, perekonomian diberdayakan cloud (cloud-enabled economy) tercipta ketika 90% dari total jumlah pelaku usaha memanfaatkan teknologi cloud setidaknya dalam bentuk yang paling sederhana.
Sebagai catatan, definisi tingkat penggunaan cloud yang digunakan dalam laporan ini merujuk pada definisi dari Organisation for Economic Cooperation and Developmen (OECD). Sedangkan UMKM dalam laporan ini didefinisikan sebagai bisnis yang memiliki hingga 250 karyawan.
Peluang Adopsi Cloud oleh UMKM
Salah satu temuan yang disorot dari laporan ini adalah adopsi cloud sederhana oleh pelaku usaha di Indonesia, seperti layanan web email atau penyimpanan berbasis cloud, baru mencapai angka 29%.
Sementara adopsi teknologi cloud tingkat menengah, seperti tools untuk customer relationship management (CRM) dan enterprise resource planning (ERP), serta penerapan cloud tingkat lanjut, seperti artificial intelligence (AI) generatif dan machine learning, diperkirakan masih jauh lebih rendah dari yang sudah dilakukan negara-negara anggota OECD lainnya, yang tergolong negara lebih maju.
AWS melihat peluang yang masih terbuka lebar bagi para pelaku usaha di Indonesia untuk meningkatkan adopsi dan pemanfaatan cloud terutama guna memberikan dampak sosial yang lebih besar bagi masyarakat.
“Meski teknologi cloud yang paling mendasar pun memiliki manfaatnya tersendiri, namun faktanya adalah UMKM masih memiliki peluang besar untuk meningkatkan adopsi cloud-nya dalam rangka menjawab beberapa tantangan terbesar di masyarakat,” ujar Aaron Hill, Managing Director of Economic Insights, Accenture Strategy and Consulting.
Laporan ini juga mencatat bahwa belanja cloud di Indonesia masih meningkat pesat, dengan tingkat pertumbuhan diperkirakan mencapai 18% selama lima tahun ke depan.
Dampak Ekonomi dan Kemasyarakatan
"Laporan ini menggambarkan secara jelas apa saja peluang bagi UMKM yang memanfaatkan teknologi cloud dan kecerdasan artifisial untuk menciptakan dampak ekonomi serta sosial secara luas,” ujar Teten Masduki, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia yang menyambut baik riset dari AWS.
Laporan ini menunjukkan bahwa UMKM yang memanfaatkan cloud dapat menciptakan manfaat yang konkret bagi perekonomian maupun masyarakat luas melalui peningkatan efisiensi, keterjangkauan, dan akses terhadap layanan yang mereka selenggarakan. Contohnya adalah telemedisin, pendidikan online, teknik agrikultur presisi, teknologi berkelanjutan, dan sebagainya.
Di bidang pelayanan kesehatan misalnya, UMKM diberdayakan cloud dapat menjawab salah satu tantangan utama di sektor ini yaitu keterbatasan akses, terutama di komunitas-komunitas tertinggal.
Dalam laporan ini, UMKM kesehatan yang berbasis cloud diperkirakan mampu menghasilkan hingga Rp6 triliun setiap tahunnya melalui peningkatan produktivitas. Dan UMKM ini juga diharapkan dapat mendukung terselenggaranya 7 juta konsultasi kesehatan jarak jauh per tahun di Indonesia pada 2030.
Selanjutnya, di sektor pendidikan, UMKM diberdayakan cloud membantu menjawab tantangan aksesibilitas serta inklusivitas pendidikan melalui penggunaan platform digital. Laporan ini memperkirakan bahwa para UMKM ini dapat menghasilkan hingga R15 triliun setiap tahunnya melalui peningkatan produktivitas di sektor pendidikan.
Dengan cloud, UMKM berbasis cloud ini juga diperkirakan dapat menyediakan solusi e-learning bagi 21 juta pelajar di Indonesia pada 2030, atau meningkat 75% dibandingkan saat ini. UMKM ini juga akan memudahkan sekitar 48 juta orang dewasa dalam mengakses pendidikan.
Sementara, di sektor agrikultur, UMKM diberdayakan cloud membantu menjawab permasalahan terkait kekurangan makanan, termasuk melalui penggunaan teknologi berbasis cloud yang mengedepankan data, seperti solusi-solusi AI.
Laporan ini mengestimasikan bahwa para UMKM di bidang pertanian dapat menghasilkan hingga Rp59,1 triliun setiap tahunnya melalui peningkatan produktivitas, pada 2030.
Pada saat yang bersamaan, diperkirakan bahwa 1 dari 9 pertanian, peternakan, maupun perikanan akan menggunakan solusi-solusi agrikultur presisi yang didukung UMKM berbasis cloud. Angka tersebut meningkat sebanyak 300% dibandingkan sekarang.
"Dengan perkembangan tren-tren teknologi terbaru seperti cloud dan kecerdasan artifisial, kami melihat pentingnya kolaborasi antara pemerintah dengan swasta, salah satunya dalam bentuk riset yang diprakarsai AWS ini, untuk menyediakan semakin banyak peluang bagi pelaku usaha Indonesia untuk bertumbuh, meningkatkan skala bisnisnya, serta memperluas pasarnya,” ucap Teten Masduki.
Baca Juga: Bantu Peneliti, Google Cloud Perkenalkan Fitur Vertex AI Search Baru
Baca Juga: Demi Transparansi, Adobe Bakal Labeli Konten-konten Buatan AI
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR