Chandra Ming menjelaskan bahwa AI dalam divisi HR merupakan topik yang memiliki banyak aspek. Perannya memiliki potensi merevolusi praktik HR dengan mengotomatisasi berbagai macam tugas, serba berbasis data, dan meningkatkan pengambilan keputusan.
“Tapi jangan sampai AI menghilangkan sentuhan manusia. Organisasi harus menemukan keseimbangan yang tepat antara otomatisasi dan keterlibatan manusia. Memastikan AI digunakan sebagai alat pendukung dan bukan sebagai pengganti profesi HR,” tukasnya.
Pentingnya Pemimpin HR Berpikir Maju di Era AI dan Otomatisasi
“Meskipun AI dan otomatisasi akan berdampak signifikan pada masa depan pekerjaan, keterampilan manusia dan kecerdasan emosional tetap penting. Pemimpin HR yang berpikiran maju memahami pentingnya menyeimbangkan teknologi dengan interaksi manusia untuk menciptakan lingkungan kerja yang holistik,” ujar Helmy Yahya selaku Moderator memberikan salah satu kunci penting dalam talkshow padcast ini.
Ketika AI dan otomatisasi semakin meluas, isu-isu etis seperti privasi data dan bias dalam pengambilan keputusan dapat muncul.
Pemimpin HR yang berfokus pada masa depan akan tetap menyadari masalah ini, dan secara proaktif mengatasinya untuk menjaga reputasi dan integritas organisasi.
Dengan memanfaatkan teknologi AI secara bertanggung jawab dan etis, pekerja HR dapat menyongsong masa depan dengan lebih percaya diri, terus berinovasi, dan meningkatkan kompetensinya dalam organisasi.
Kuncinya terletak pada pemahaman bahwa AI dapat menjadi teman bagi pekerja HR ketika digunakan sebagai kekuatan pelengkap yang meningkatkan kemampuan manusia, bukan sebagai musuh yang menggantikannya.
Baca Juga: Contoh Penerapan Artificial Intelligence pada Fungsi HR di Perusahaan
Baca Juga: AI Diprediksi Jadi Ancaman Pemilu 2024, Ini Antisipasi Pemerintah
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR