Salah satu topik yang paling sering dibicarakan tentang artificial intelligence (AI) adalah pengaruhnya terhadap pekerjaan di masa depan. Penelitian yang dilakukan oleh DevRev mengungkapkan adanya profesi tertentu di AS yang memiliki kekhawatiran yang lebih tinggi terhadap kemajuan AI.
Penelitian yang diadakan di Amerika Serikat ini menganalisis data pencarian online berdasarkan kata kunci tertentu, seperti “dampak AI terhadap..”, “akankah AI menggantikan…”, dan “bagaimana AI akan memengaruhi…,” untuk menentukan lima pekerjaan teratas di AS yang paling berisiko terhadap kemajuan AI.
Perusahaan di bidang customer support berbasis AI generatif, DevRev menemukan bahwa pengacara adalah pihak yang paling berhati-hati dengan AI di AS. Teknologi AI saat ini dimanfaatkan di bidang hukum untuk meninjau dan menganalisis kontrak hukum dalam jumlah sangat banyak, riset yang relevan dengan kasus hukum, dan berkomunikasi dengan klien melalui chatbot. Namun sebenarnya para pengacara tidak perlu resah karena tanpa input dari manusia, penggunaan AI berpotensi menghasilkan bias, tergantung pada data yang digunakan.
Pihak lain yang tak kalah gelisah dari pengacara adalah para seniman. Pasalnya AI kini mulai digunakan di bidang seni, misalnya untuk mendesain sampul buku, musik, bahkan video dalam waktu singkat.
Yang lebih mengkhwatirkan para seniman ini adalah tool AI generatif yang digunakan untuk menghasilkan karya seni mengumpulkan data dari karya yang sudah ada tanpa persetujuan, bahkan tanpa memberikan kredit kepada pencipta aslinya.
Kelompok ketiga di AS yang merasa khawatir dengan kehadiran AI adalah para akuntan. Sebagai informasi, di bidang akunting, AI dimanfaatkan untuk membuat laporan keuangan dan mengatur pengeluaran secara lebih efisien. Namun terlepas dari keuntungan-keuntungan tersebut, penggunaan AI dalam akuntansi dapat menyebabkan pelanggaran data yang dilakukan oleh para penjahat dunia maya, yang sedang mencari keputusan investasi perusahaan.
Di tempat keempat adalah para dokter. AI saat ini mulai banyak dimanfatkan untuk membantu para profesional di bidang kesehatan, misalnya untuk menemukan tanda-tanda awal penyakit, menyusun sejumlah besar gambar medis, dan memindai catatan medis pasien.
Kelompok pekerja kelima di AS yang gelisah dengan kehadiran AI adalah data scientist. Di satu sisi AI memungkinkan para data scientist membuat algoritma dan model-model AI yang kompleks secara lebih efisien, tapi AI pun berpotensi membuat kesalahan dan akan bekerja lebih baik jika dibarengi kolaborasi dengan manusia.
“AI telah mengubah tempat kerja. Faktanya, pada tahun 2030, diperkirakan 30% pekerjaan akan diotomatisasi melalui berbagai teknologi AI, sehingga membuat banyak orang khawatir akan perubahan peran mereka,” ujar juru bicara DevRev mengomentari temuan-temuan tersebut
Namun menurutnya, di masa depan, AI kemungkinan akan digunakan bersama manusia pada berbagai sektor, termasuk sektor-sektor yang mengkhawatirkan kehadiran AI, dan AI tidak akan menggantikan peran manusia sepenuhnya.
Baca juga: Sudah Banyak Korban, Ini Tips Pekerjaan Anda Tidak Diambil Alih AI
Baca juga: Chatbot AI ini Bantu Orang Sembuh dari Sakit Mental, Sangat Persuasif!
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR