Google memberikan tiga rekomendasi utama bagi ASEAN dalam memanfaatkan artificial intelligence (AI). (ilustrasi ASEAN)
Artificial intelligence (AI) berpotensi mengubah secara mendasar cara masyarakat hidup, bekerja dan belajar. Tak terkecuali masyarakat di kawasan Asia Tenggara (ASEAN). Google memberikan tiga rekomendasi utama bagi ASEAN dalam memanfaatkan AI.
Mengapa ASEAN? Kawasan ini memiliki warga usia muda (di bawah 30 tahun) yang mencapai 40% dari total populasi. Populasi berusia muda ini pada umumnya bersahabat dengan teknologi dan terbuka terhadap teknologi-teknologi baru.
Selain itu, ekonomi digital di kawasan ini pun diproyeksikan akan membuat lompatan besar dan menempati jajaran lima teratas ekonomi dunia pada tahun 2025.
Khususnya di Indonesia, menurut hasil penelitian terbaru dari Access Partnership, bisnis di Indonesia akan menikmati manfaat ekonomi setidaknya Rp2.612 triliun (atau US$176 miliar) hingga tahun 2030 jika menggunakan perangkat AI. Nilai tersebut hampir setara dengan 13% dari PDB Indonesia pada tahun 2022.
Google memberikan tiga rekomendasi utama bagi negara-negara anggota ASEAN dalam memanfaatkan AI secara bertanggung jawab dan meraih potensi AI seutuhnya. Rekomendasi ini terdapat dalam whitepaper yang baru dirilis Google secara global dan berjudul AI Opportunity Agenda.
1. Berinvestasi di infrastruktur inovasi
Berinvestasilah pada bidang penelitian dan pengembangan (R&D) dan infrastruktur AI, termasuk infrastruktur cloud dan dataset terbuka dari pemerintah, yang bisa digunakan untuk memfasilitasi inovasi untuk mengurus kebutuhan lokal.
Karena sifat AI yang mampu bekerja lintas sektor, maka dirikanlah aparat antarlembaga untuk merumuskan strategi dan kerangka nasional AI. Hal yang benar-benar perlu diperhatikan adalah menghindari adanya pendekatan ke arah sistem yang terpisah-pisah dan berdiri sendiri. Dengan begitu, berbagai ekuitas dan kepentingan di dalam pemerintahan, seperti dari bidang privasi, keamanan cyber, pertumbuhan ekonomi, perdagangan, penegakan hukum, kesehatan, dan keuangan dapat terwakili secara efektif dan seimbang. Hal tersebut pun dapat menunjang keberhasilan dari tujuan utama, yaitu memanfaatkan AI yang tepercaya demi keuntungan bersama.
Bangunlah kerangka/dasar hukum dan kebijakan nasional yang dapat mewujudkan inovasi yang penuh tanggung jawab, termasuk kerangka hak cipta yang mendukung inovasi dan kreativitas, prinsip-prinsip yang mengutamakan privasi dan keamanan, serta pendekatan berbasis risiko terhadap regulasi AI.
2. Membangun tenaga kerja yang siap AI
Lakukan modernisasi terhadap program peningkatan keterampilan untuk era AI dengan memperlakukan AI sebagai komponen utama pada sistem pengembangan pendidikan dan profesional.
Kembangkan program pelatihan dan dukungan nasional terkait AI untuk memberikan pengalaman praktik dalam menerapkan AI secara langsung bagi pekerja.
Berikan dukungan kepada pekerja yang sedang bertransisi melalui program sertifikasi dan peningkatan keterampilan lintas sektor yang komprehensif, serta melalui program nasional yang memberikan bantuan penyesuaian terhadap AI.
3. Mendorong aksesibilitas dan adopsi yang inklusif
Lakukan penilaian skala nasional terhadap peluang AI untuk layanan umum dan manfaatkan AI untuk memberikan layanan umum, terutama pada sektor-sektor yang hampir secara langsung memberikan dampak kepada masyarakat, seperti kesehatan, pendidikan, dan transportasi. Hal tersebut akan membantu agar masyarakat mulai terbiasa dengan teknologi yang berperan di belakangnya sehingga dapat membangun kepercayaan bahwa AI bisa digunakan secara bermanfaat, dan buatlah model pendekatan progresif untuk sektor swasta, termasuk UMKM.
Identifikasi sektor-sektor negara yang diprioritaskan dan memiliki kebutuhan tertinggi dan/atau tingkat pemakaian terendah terhadap perangkat AI, dan bekerja samalah dengan mereka untuk membuat rencana “proof of concept” untuk membangun model penggunaan AI yang efektif.
Adopsi standar-standar yang mengutamakan penggunaan cloud untuk mendorong pemakaian AI dan peraturan pengadaan yang transparan serta mendukung persaingan yang adil.
Berikan “bantuan dorongan awal AI” kepada industri tradisional dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) melalui pelatihan AI terarah, bantuan teknis, dan akses modal yang lebih baik.
Adopsi regulasi berbasis risiko yang proporsional dan mendukung adopsi dan penggunaan yang luas terhadap AI oleh UMKM.
Indonesia sendiri telah mengembangkan Strategi Nasional untuk AI, yang merekomendasikan pembangunan Pusat Superkomputer AI Nasional untuk digunakan sebagai pusat kegiatan bagi pusat penelitian, industri, dan lembaga pemerintah yang memerlukan layanan komputasi besar.
Selain itu, menurut Google, kawasan ASEAN dapat mempertimbangkan pembuatan infrastruktur AI lintas negara-negara ASEAN agar peluang penelitian dan pengembangan AI dapat tercipta merata di seluruh kawasan ini. Upaya tersebut dapat memfasilitasi akses terhadap komputasi bersama dan dataset terbuka, termasuk pengetahuan budaya dan bahasa ASEAN.
Langkah tersebut disebut Google akan membantu para peneliti dan perusahaan di ASEAN dalam mengembangkan produk dan layanan AI yang inovatif untuk memenuhi kebutuhan lokal dan regional.
Google juga menekankan pada hubungan kerja sama dalam melakukan pertukaran AI lintas negara ASEAN sehingga tercipta dorongan terhadap pertukaran dan pengembangan keahlian AI di ASEAN.
KOMENTAR