OpenAI, Microsoft, dan 18 perusahaan teknologi lainnya mengumumkan bahwa mereka sepakat bekerja sama untuk mencegah konten-konten penipuan hasil ciptaan AI (artificial intelligence) agar tidak mengganggu pemilu (pemilihan umum) yang terjadi di seluruh dunia tahun ini.
Seperti diketahui, perkembangan pesat generative AI, teknologi yang dapat diperintah untuk membuat teks, gambar, video, dan audio dalam hitungan detik, telah meningkatkan kekhawatiran bahwa teknologi baru ini dapat digunakan untuk disalahgunakan dalam pemilihan umum besar tahun ini.
Oleh karena itu, para perusahaan teknologi akan bekerja sama untuk mencegah munculnya penyalahgunaan generative AI tersebut,
Kerja sama itu diumumkan dalam ajang Munich Security Conference 2024 pada hari Jumat (16/02/2024).
Perjanjian kerja sama tersebut diikuti oleh para perusahaan teknologi besar, termasuk perusahaan yang membangun model generative AI yang digunakan untuk membuat konten, seperti OpenAI, Microsoft, dan Adobe.
Perusahaan teknologi lainnya yang turut berpartisipasi termasuk platform media sosial yang akan menghadapi tantangan untuk menjaga platformnya dari konten berbahaya terkait politik, seperti Meta Platforms (Facebook, Instagram, dan WhatsApp) , TikTok, dan X (sebelumnya bernama Twitter).
Perjanjian tersebut mencakup komitmen untuk berkolaborasi dalam mengembangkan tools (alat) untuk mendeteksi gambar, video, dan audio yang dihasilkan oleh AI yang menyesatkan, menciptakan kampanye kesadaran publik untuk mendidik para pemilih tentang konten yang menipu.
Teknologi untuk mengidentifikasi konten politik yang dihasilkan oleh AI atau mengesahkan asalnya nantinya dapat mencakup watermark atau penyematan metadata.
Perjanjian para perusahaan teknologi ini tidak menyebutkan secara spesifik jadwal untuk memenuhi komitmen tersebut atau bagaimana masing-masing perusahaan akan menerapkannya.
"Saya pikir hal penting dari (kesepakatan) ini adalah banyaknya perusahaan yang menandatanganinya," kata Nick Clegg, presiden urusan global di Meta Platforms, sebagaimana dikutip dari Reuters.
"Semua itu bagus dan baik jika masing-masing platform mengembangkan kebijakan baru tentang deteksi, asal usul, pelabelan, watermark, dan seterusnya, tetapi jika tidak ada komitmen yang lebih luas untuk melakukannya dengan cara yang dapat dioperasikan bersama, kita akan terjebak dalam bermacam komitmen yang berbeda," kata Clegg.
Baca Juga: Fitur AI ini Bantu Pengguna Kelola Gmail dan Dokumen Lebih Mudah
Baca Juga: Google Larang Pengguna Berikan Informasi Rahasia ke Chatbot AI Gemini
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR