China saat ini menjadi salah satu negara terdepan dalam ekosistem fintech (financial technology). Alipay, misalnya, adalah platform fintech terbesar di dunia, di mana pengguna bisa melakukan pembayaran, transfer dana, sampai wealth management dari satu platform digital. Sementara WeChat berhasil mengintegrasikan berbagai layanan finansial ke dalam aplikasi instant messaging-nya.
Semua kemajuan tersebut tidak lepas dari transformasi digital industri finansial China yang telah berjalan lebih dari 20 tahun. Contohnya bisa dilihat dari pembentukan Banking and Insurance Regulatory Commission (BIRC) oleh Pemerintah China, dengan tugas utama menyusun regulasi yang memudahkan tumbuhnya ekosistem fintech yang sehat dan kompetitif.
Dari transformasi digital industri finansial China tersebut, salah satu pemain penting adalah Digital China Information Service Group Company Limited (DCITS). Berdiri sejak tahun 2000, DCITS adalah perusahaan yang menyediakan solusi digital untuk berbagai institusi finansial di China. Saat ini, solusi DCITS sudah digunakan di ribuan institusi finansial dan nonfinansial di China, mulai dari bank sentral, bank milik pemerintah, sampai ratusan rural bank di China.
Solusi DCITS juga digunakan di bank internasional di seluruh dunia, seperti HSBC (global), Gulf Bank (Bahrain), serta BMO Bank (Kanada). Di Indonesia, solusi DCITS telah diadopsi dua bank, yaitu Hi-Bank dan SEA Bank.
Tidak heran jika DCITS dinobatkan sebagai menjadi salah satu leaders di Fintech 100 Rankings 2023 versi IDC.
Dengan bekal pengalaman seperti itu, Digital China Group pun kini menawarkan solusinya ke pasar yang lebih luas. Di Indonesia, solusi DCITS dipasarkan oleh SoftCorp, spesialis solusi solusi fintech asal Hongkong. "Kami ingin membawa teknologi yang berhasil mentransformasi industri finansial China ke Indonesia" ungkap Tony Chiu (Director SoftCorp).
Memiliki Bekal Bagus
Tony sendiri melihat, Indonesia saat ini telah memiliki pondasi yang kokoh dalam melakukan transformasi digital industri finansial. Hal ini terlihat dari keberadaan Cetak Biru Transformasi Perbankan Indonesia yang dikeluarkan OJK tahun 2021 lalu. “Kini tinggal bagaimana mengimplementasikan cetak biru ini ke masyarakat luas,” ungkap Tony di sela acara XCION 11th Conference and Exhibition yang berlangsung di Bali beberapa waktu lalu.
Solusi yang ditawarkan DCITS dan SoftCorp pada dasarnya selaras dengan rencana di cetak biru tersebut. Contohnya soal standarisasi teknologi API untuk menciptakan ekosistem open banking yang terbuka ke seluruh pemangku kepentingan. “Kami tidak cuma membantu menyusun standarisasi teknis API, namun juga menyediakan konsultasi dan proven solutions yang berhubungan dengan Open Banking Initiatives,” ungkap Tony.
“Prinsip utama kami adalah menciptakan arsitektur fleksibel yang dapat menciptakan interoperability baru dan menurunkan biaya integrasi,” ungkap Jeff Yan (Overseas General Manager DCITS). “Dengan begitu, bank dapat fokus menciptakan produk dan layanan finansial inovatif dan menjawab kebutuhan nasabah saat ini,’ tambah Jeff.
Jeff mengakui, setiap negara memiliki standar dan spesifikasi berbeda dalam penerapan teknologi seperti open banking. “Prinsipnya mungkin sama, namun setiap negara memiliki detail yang berbeda,” ungkap Jeff. “Karena itu, penting bagi DCITS dan SoftCorp untuk menyediakan dukungan menyeluruh kepada setiap pengguna solusi kami,” tambah Tony.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR