Teknologi AI (artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan telah membawa banyak perubahan yang mendalam dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
World Economic Forum (WEF) memprediksi robot, otomatisasi, dan AI bisa menggantikan berbagai pekerjaan manusia. Tak main-main, jumlahnya mencapai 85 juta pekerjaan yang berganti dengan AI pada 2025.
Dosen Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) Universitas Airlangga (UNAIR), Dr Aziz Fajar SKom MKom, menegaskan bahwa meskipun AI dapat menggantikan peran manusia dalam berbagai bidang, kecerdasannya tetap terbatas.
Menurutnya, AI hanya mampu menggunakan sumber daya yang telah ada. Sehingga tidak dapat menciptakan sesuatu yang benar-benar baru.
Meskipun demikian, AI masih memiliki keunggulan dalam memberikan manfaat praktis dan dapat diakses kapan pun.
“AI itu hanya sepintar orang yang membuatnya atau membantu membuatnya. Apabila diperhatikan, AI hanya menggunakan resource yang sebenarnya sudah ada. Sehingga, AI tidak dapat membuat sesuatu yang benar-benar baru, setidaknya untuk saat ini,” jelas Azis.
Namun begitu, kecepatan AI dalam memproses informasi dan menghasilkan output telah mengesankan banyak pihak.
Aziz menontohkan, teknologi ChatGPT yang merupakan bagian dari generative AI. ChatGPT sendiri merupakan buatan perusahaan OpenAI.
Meskipun informasi yang diberikan oleh ChatGPT dapat ditemukan di internet, AI ini memberikan manfaat praktis karena dapat diakses dan ditanyakan kapan saja.
Regulasi dan Etika AI
Diungkapkan Azis, regulasi yang tepat sangat diperlukan untuk mengendalikan perkembangan AI dan memastikan penggunaannya sesuai dengan prinsip-prinsip etika yang berlaku.
Meskipun etika dalam pembuatan AI biasanya diajarkan dalam pendidikan formal, tidak semua individu akan mematuhi aturan tersebut.
Oleh karena itu, perlu ada regulasi yang ketat untuk memastikan penggunaan AI yang bertanggung jawab.
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR