Microsoft Corp mengucurkan investasi senilai 2,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp46 triliun di Jepang selama dua tahun sekaligus menjadi investasi terbesarnya di negara tersebut. Tujuan dari investasi ini adalah untuk memperkuat pusat data yang vital untuk pemrosesan dengan kecerdasan buatan generatif. Microsoft juga akan membuka basis penelitian pertamanya di Tokyo, Jepang.
Pengumuman mengenai investasi ini diperkirakan akan dilakukan bersamaan dengan kunjungan Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, ke Amerika Serikat. Microsoft berencana meningkatkan peralatan di pusat data mereka di Tokyo dan Osaka dengan memperkenalkan unit pemrosesan grafis dan semikonduktor canggih.
Regulasi AI
Jepang akan menyiapkan regulasi yang mengikat bagi pengembang sistem artificiaI intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dalam upaya mengatasi disinformasi dan risiko lainnya. Langkah ini merupakan perubahan dari kebijakan sebelumnya yang lebih cenderung sukarela tanpa adanya sanksi dan regulasi yang ketat seperti di Uni Eropa.
Karena itu, Jepang akan membentuk dewan ahli AI untuk membahas masalah ini dan memasukkan peraturan baru ke dalam pedoman kebijakan manajemen ekonomi dan fiskal. Pedoman yang akan dirilis mencakup 10 prinsip, termasuk "keterpusatan pada manusia" dan penggunaan AI yang aman.
Pengembang teknologi canggih seperti chatbot AI generatif ChatGPT akan ditetapkan sebagai "pengembang model dasar AI". Perusahaan yang menggunakan AI di area berisiko tinggi akan diwajibkan melakukan verifikasi keselamatan dan berbagi penilaian risiko dengan pemerintah.
Pengembang yang ditunjuk juga harus melaporkan status kepatuhan mereka. Pemerintah dapat memberlakukan denda dan sanksi lain atas pelanggaran. Parlemen Eropa baru-baru ini mengesahkan undang-undang tentang kecerdasan buatan yang akan berlaku mulai tahun 2026 dengan denda signifikan bagi pelanggaran.
Comblangkan Warga
Saat ini Jepang memiliki masalah pelik yaitu resesi seks yang membuat orang Jepang malas menikah dan membuat jumlah populasi warganya yang menurun. Hal itu membuat jumlah warga Jepang yang jomblo atau belum menikah meningkat. Belum lagi biaya hidup dan inflasi yang tinggi di Jepang membuat warganya malas menikah.
Karena itu, pemerintah Jepang memanfaatkan teknologi artificiaI intelligence (AI) atau kecerdasan buatan untuk mengatasi masalah jomblo akut di negaranya. Pemerintah daerah dan pusat telah mengadopsi berbagai inisiatif, termasuk acara perjodohan tradisional yang didukung oleh AI, untuk membantu warga menemukan pasangan hidup.
Warga Jepang yang jomblo diminta menjawab lebih dari 100 pertanyaan. Kemudian AI menganalisis kualitas yang dicari dari calon pasangan berdasarkan informasi yang terkumpul dan sebaliknya sebelum saling memperkenalkan kedua belah pihak.
Beberapa prefektur, seperti Ehime dan Tochigi, menggunakan big data untuk mencocokkan calon pasangan berdasarkan informasi pribadi dan riwayat penelusuran internet. Sistem itu telah membantu banyak pasangan menikah, meskipun awalnya beberapa orang merasa skeptis. Meskipun demikian, ada biaya pendaftaran yang tidak murah, sehingga mereka yang mendaftar diharapkan serius dalam niat mereka untuk menikah.
Meskipun Jepang bukan satu-satunya negara yang menghadapi masalah demografi, upaya menggunakan AI dalam perjodohan diharapkan dapat memberikan solusi yang efektif dan terjangkau seperti dilansir Kyodo News. Menurut Badan Anak dan Keluarga, 31 dari 47 prefektur di Jepang menawarkan layanan perjodohan AI untuk membantu menemukan pasangan menikah pada akhir Maret tahun lalu, dan Pemerintah Metropolitan Tokyo bergabung dengan mereka pada Desember 2023.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR