"Tujuan dari program ini adalah untuk memperluas wawasan sehingga mereka tidak hanya melihat faktor institusi akademik mana yang dimasuki atau usia mereka," kata Hirotake Iwamaru, seorang konselor di pusat tersebut.
Prefektur Tochigi, sebelah utara Tokyo, menggunakan sistem yang sama. Katsuji Katayanagi dari pusat dukungan pernikahannya mengatakan, "Kaum muda cenderung menyerahkan urusannya kepada orang lain, jadi menurut saya kita perlu, sesekali, meminta big data untuk merekomendasikan pasangan."
Takeaki Uno, seorang profesor teori algoritma di Institut Informatika Nasional yang terlibat dalam pengembangan sistem di Prefektur Ehime, mengatakan penggunaan AI dalam layanan perjodohan memperluas jangkauan mitra potensial.
"Dari segi efektivitas biaya, lebih mudah digunakan dibandingkan swasta, dan memberikan keuntungan bagi banyak orang," ujarnya.
Jepang sejak lama mengalami masalah rendahnya angka kelahiran. Krisis demografi Jepang semakin memburuk, karena negara tersebut mengalami penurunan populasi terbesar dan tingkat kelahiran rekor yang terendah pada 2019 akibat resesi seks.
Baca Juga: Ini Kecanggihan Deep South yang Mampu Kalahkan Otak Manusia
Baca Juga: Apple Bakal Luncurkan Chipset M4 dengan Segudang Fitur AI Tahun Ini
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR