Adopsi teknologi AI (artificial intelligence) atau kecerdasan buatan semakin meningkat di Indonesia. Bersamaan dengan itu, regulasi terkait AI pun semakin penting diperhatikan.
Kementerian Kominfo (Komunikasi dan Informatika) mengajak kolaborasi eksositem digital nasional dan global dalam penyusunan regulasi mengenai kecerdasan artifisial atau Artificial Intelligence (AI).
Menkominfo (Menteri Komunikasi dan Informatika) Budi Arie Setiadi mendorong intensifikasi kerja sama dengan Tony Blair Institute for Global Change (TBI) untuk membahas pengaturan AI di Indonesia.
“Saat ini Indonesia belum memiliki regulatory framework terkait AI. Sementara, hanya sebatas surat edaran dan pedoman terkait etika saja. Oleh karena itu, kita bisa bekerja sama menciptakan regulatory framework yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan AI di Tanah Air,” ungkapnya usai pertemuan dengan Tony Blair di Kantor Kementerian Kominfo, Jakarta Pusat.
Menkominfo menyatakan bahwa penyusunan regulasi mengenai AI memerlukan pertimbangan aspek fundamental unhtuk meminimalkan risiko pemanfaatan teknologi AI yang makin banyak digunakan warga Indonesia.
“Kita tahu bahwa ada tiga fundamental penting soal AI. Pertama itu harus aman. Kedua, AI ini mesti beretika, dan terakhir harus saling percaya. Concern ini tentu membutuhkan suatu perangkat regulasi yang memadai atau komprehensif, sehingga bisa mengatasi risiko yang muncul dari AI,” kata Menkominfo.
Dalam pertemuan dengan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, Menkominfo meminta masukkan dan dukungan dalam menyusun regulatory framework AI agar bisa diberlakukan di Indonesia sesuai kebutuhan dan perkembangan teknologi AI.
“Tony Blair menyampaikan pihaknya menawarkan semacam kerja sama dengan Indonesia dalam rangka tukar pikiran dan pengalaman untuk merumuskan regulatory framework ini,” ujarnya.
Dalam pertemuan tereesebut, Menkominfo juga membahas isu transformasi digital nasional berkaitan dengan pembangunan Pusat Data Nasional, konektivitas digital, dan identitas digital.
“Jadi, ini adalah tindaklanjut dari pertemuan kami dengan Tony Blair institute pada tahun lalu. Tadi, sebelum bertemu kami, Tony Blair bersama timnya lebih dahulu menemui Bapak Presiden RI Joko Widodo, dan Menteri Pertahanan Pak Prabowo,” jelas Budi Arie.
Baca Juga: Model AI Meta Llama 3 Diklaim Lebih Canggih dari OpenAI GPT-3.5
Baca Juga: Punya Prospek Cerah, Apple Tertarik Kembangkan AI di Indonesia
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR