Di tengah dinamika bisnis dan maraknya pemanfaatan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, teknologi seperti data streaming analytics pun kian menjadi prioritas perusahaan.
Fortune Business Insight memproyeksikan pasar streaming analytics global akan tumbuh dari US$27,84 miliar pada tahun 2024 menjadi US$185,08 miliar pada 2032 (CAGR of 26,7%). Pertumbuhan ini didorong oleh perkembangan teknologi-teknologi seperti artificial intelligence (AI), machine learning, dan big data.
COVID-19 juga menjadi salah satu faktor di balik tumbuhnya permintaan akan solusi streaming analytics. Pasalnya, di masa pandemi, organisasi dan perusahaan membutuhkan insight berdasarkan data real time guna beradaptasi dengan situasi dan kondisi saat itu yang kerap berubah dengan cepat.
Tantangan Paradigma Baru
Namun, adopsi teknologi ini bukannya tanpa tantangan. Global Field Chief Technology Officer (CTO), Confluent, Kai Waehner mengungkapkan bahwa salah satu tantangan utamanya adalah data streaming dan streaming analytics sebagai sebuah paradigma baru.
Menurutnya, pemahaman organisasi terkait data masih berkutat seputar API dan database. “Karena itulah yang digunakan selama 20 tahun terakhir,” ujar Kai kepada InfoKomputer dalam sesi wawancara khusus di ajang Kafka Summit Bangalore 2024 di India, beberapa waktu lalu. Beberapa pertanyaan yang kerap ia hadapi sebagai seorang Field CTO, seperti kapan harus menggunakan dan apa manfaat teknologi data streaming & analytics, seperti Apache Kafka dan Flink.
Tantangan selanjutnya, menurut pria yang memulai kariernya di Confluent sebagai Technology Evangelist ini, adalah implementasi. “Inilah alasan sebagian pelanggan menerapkan strategi cloud-first (terhadap data streaming), jika memungkinkan, karena mereka dapat menggunakannya sebagai as a service dan (mereka) hanya perlu membangun aplikasi atau integrasi di seputar teknologi itu,” jelasnya.
Bahkan perusahaan dan organisasi yang sudah “ngoprek” Apache Kafka versi open source pun kerap datang kepada perusahaan seperti Confluent karena mereka membutuhkan dukungan teknis yang andal bagi sistem-sistem kritis yang terintegrasi dengan data streaming.
“Yang juga penting, bukan hanya (memastikan sistem) berjalan 24-7, tetapi juga mendapatkan bantuan jika ada masalah. Dan jika itu adalah sistem kritis, Anda membutuhkan bantuan dalam hitungan menit bukan dalam hitungan hari,” tegas Kai.
Selain dukungan teknis, perusahaan dan organisasi memilih menggandeng vendor karena biaya. “Kami melihat ada banyak use case dan kami juga melakukan kalkulasi total cost of ownership. Bahkan kami memiliki tim bisnis di seluruh dunia yang khusus didedikasikan untuk membantu pelanggan mengkalkulasi TCO,” jelas Kai Waehner.
Sebagai informasi, jumlah pengguna Apache Kafka mencapai 100.000 organisasi di seluruh dunia. “Kalau diibaratkan, Apache Kafka adalah mesin mobil. Kami di Confluent juga menggunakan mesin itu, kami juga berkontribusi terhadap open source network,” jelas Kai seraya menambahkan bahwa Kafka adalah “mesin mobil” yang bagus, stabil, berfungsi dengan baik, dan telah diuji di lapangan selama bertahun-tahun.
“Tapi Apache Kafka (versi open source) hanyalah mesin mobil. Sementara untuk mengaplikasikan data streaming di lingkungan perusahaan, Anda perlu memiliki mobil lengkap. Apakah itu mobil yang Anda bangun sendiri atau Anda beli,” ujarnya.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR