Seiring meningkatnya minat dan adopsi teknologi artificial intelligence (AI), keterampilan di bidang kecerdasan buatan ini menjadi sangat penting di dunia kerja modern.
Salah satu temuan dalam Work Trend Index 2024 yang baru-baru ini dirilis oleh Microsoft dan LinkedIn adalah sebanyak 69% pemimpin perusahaan di Indonesia menyatakan bahwa mereka tidak akan merekrut seseorang tanpa keterampilan AI.
Masih dari laporan yang sama, 76% pemimpin mengatakan lebih memilih kandidat dengan keterampilan AI meski pengalaman kerja mereka kurang dibandingkan kandidat berpengalaman tapi tidak memiliki keterampilan AI.
“Seiring dengan perubahan transformatif di tempat kerja karena AI, perusahaan perlu pedoman baru dalam merekrut tenaga kerja,” Rohit Kalsy, Indonesia Country Lead, LinkedIn, mengomentari tren tersebut.
Rohit menambahkan, di tengah perkembangan cepat ekosistem tenaga kerja tersebut, para pemimpin yang memprioritaskan fleksibilitas dan berinvestasi dalam mengembangkan keterampilan tenaga kerja yang siap dengan AI akan mendapatkan keunggulan kompetitif.
Hal ini menjadi penting disimak oleh para pemimpin perusahaan maupun karyawan di Indonesia karena menurut Work Trend Index 2024, karyawan maupun pemimpin perusahaan di tanah air memiliki minat yang tinggi terhadap AI, bahkan melebihi angka global dan Asia Pasifik.
Minat Belajar AI Meningkat
Di sisi lain, Rohit Kalsy menyebutkan bahwa data LinkedIn memperlihatkan peningkatan 65% dalam jam belajar untuk 100 kursus AI/generative AI teratas dari tahun 2022 hingga 2023 di LinkedIn Learning. Angka tersebut disebutnya sebagai rekor jumlah peserta yang mengikuti kursus AI teratas di LinkedIn sejak Januari 2023 di Asia Tenggara, Australia, dan India.
Data global pun memperlihatkan tren yang kurang lebih sama. Rohit memaparkan terjadi peningkatan sebesar 142x dalam keanggotaan LinkedIn yang menambahkan keterampilan AI, seperti Copilot dan ChatGPT, ke profil mereka. Sementara jumlah tenaga profesional nonteknis yang menggunakan kursus LinkedIn Learning untuk membangun kecakapan AI mereka meningkat sebesar 160%. Dan penyebutan AI dalam unggahan peluang kerja di LinkedIn mendorong peningkatan lamaran kerja sebanyak 17%.
Dari berbagai temuan tersebut, menurut Rohit Kalsy, dapat ditarik kesimpulan bahwa dampak AI sudah tidak dapat dipungkiri: perusahaan yang memberdayakan karyawan dengan alat dan pelatihan AI akan menarik talenta terbaik, sementara profesional yang meningkatkan keterampilan mereka akan lebih unggul dibanding mereka yang masih belum melakukannya.
LinkedIn Sediakan Tool AI untuk 3 Hal Ini
Merespons tren tersebut, LinkedIn menyiapkan tool AI yang mencakup tiga aspek: peningkatan keterampilan, kemajuan karier, dan mencari pekerjaan.
Dari aspek keterampilan, Learning menyediakan lebih dari 22.000 kursus, termasuk di dalamnya lebih dari 600 kursus AI. Kursus baru ini gratis hingga 8 Juli 2024.
LinkedIn juga menyediakan AI tool baru AI-Powered Coaching di LinkedIn Learning untuk membantu pengguna menemukan konten yang diperlukan guna meningkatkan keterampilan dengan lebih cepat melalui personalisasi tinggi dan pembelajaran percakapan yang dipandu.
Bagi pelanggan LinkedIn Premium, insights yang dihasilkan oleh AI dan ditampilkan di Feed LinkedIn baik itu unggahan, artikel, atau video (dari artikel hingga komentar) dapat membantu pengguna dalam pengambilan keputusan yang relevan atau sekadar memberikan ide untuk kemajuan kariernya.
Untuk mempermudah pengguna mencari pekerjaan, LinkedIn memiliki fitur-fitur yang memungkinkan pengguna menilai kesesuaian untuk suatu peran dalam hitungan detik berdasarkan pengalaman dan keterampilan mereka. Pengguna juga mendapatkan saran untuk meningkatkan keterampilan dan jaringan.
Baca juga: Indonesia Paling Minati AI, Microsoft: Saatnya Transformasi Bisnis
Baca juga: Microsoft: Berdayakan AI Power User untuk Dukung Transformasi Bisnis
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR