Artificial intelligence (AI) diprediksi akan meningkatkan laba perbankan global hingga mencapai hampir US$2 triliun di 2028, menurut laporan terbaru Citi Global Perspective & Solutions (GPS). Namun ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi sektor keuangan.
Ketika mesin uap mendorong revolusi industri dan internet yang mengantarkan kita pada era informasi, AI dapat menjadikan kecerdasan manusia sebagai komoditas. Industri keuangan, disebut Citi GPS akan berada di garis terdepan perubahan karena sektor ini kaya akan data dan memiliki klien yang cepat mengadopsi AI.
Laporan berjudul “AI in Finance: Bot, Bank & Beyond” itu menyatakan bahwa adopsi AI berpotensi mendorong laba industri perbankan global mencapai hampir US$2 triliun pada tahun 2028, atau meningkat sebesar 9% (US$170 miliar) selama lima tahun ke depan.
Kemampuan AI untuk meningkatkan profit ini juga diyakini oleh 93% responden dalam Citi Treasury & Trade Solutions (TTS) Survey 2024, dengan perkiraan kenaikan pendapatan terbesar berada dalam rentang 0-10%.
Adopsi AI juga disebut Citi GPS akan memberikan keuntungan lainnya pada perusahaan, berupa peningkatan produktivitas melalui otomatisasi tugas-tugas rutin dan penyederhanaan operasi, yang pada gilirannya akan memungkinkan karyawan untuk fokus pada aktivitas yang memberikan nilai tambah lebih tinggi.
Sementara Generative AI (GenAI) atau AI generatif berpotensi memberikan dampak yang besar pada tugas-tugas internal dalam sebuah organisasi, seperti pengelolaan konten dan informasi, coding, dan pengembangan software oleh tim internal.
Apakah AI akan memangkas atau membuka peluang baru bagi para pekerja di sektor keuangan? Secara historis, adopsi teknologi tidak mengurangi jumlah tapi mengubah komposisi tenaga kerja di sektor keuangan seiring berjalannya waktu. Artinya, teknologi tidak menghilangkan pekerjaan secara keseluruhan tetapi mengubah jenis pekerjaan yang ada dan menciptakan pekerjaan baru.
Namun laporan ini juga menyoroti dampak AI terhadap penurunan jumlah pekerja dengan keterampilan rendah dalam bidang operasional dan teknologi. Di sisi lain, peran tata kelola dan kepatuhan akan meningkat. Sebanyak 55% responden dalam survei Citi TTS menyebut kekurangan talenta AI yang tepat sebagai kendala utama dalam adopsi AI. Kendala lainnya adalah risiko dan kepatuhan (42%) dan teknologi legacy (38%).
Laporan Citi GPS juga menyinggung potensi transformasi yang signifikan dari penggunaan bot AI di perbankan ritel maupun korporat. Bot AI dapat membantu klien, misalnya melalui otomatisasi pengambilan keputusan dan pencarian penawaran terbaik. Sedangkan manfaat yang dapat dirasakan bank dari implementasi bot AI seperti peningkatan efisiensi operasional.
Para pemimpin sektor keuangan, termasuk perbankan, mengungkapkan optimismenya terhadap keuntungan dari AI. Namun Citi GPS mengingatkan sektor keuangan untuk tetap berhati-hati terhadap beberapa faktor yang dapat menjadi tantangan, seperti timeline implementasi, biaya yang berhubungan dengan talenta, risiko kompetisi, harapan klien yang terus meningkat, dan biaya tambahan terkait peningkatan aktivitas yang dihasilkan oleh AI.
Baca juga: Cloudera Dukung OCBC Indonesia Tingkatkan Layanan dengan AI Generatif
Baca juga: AWS Fokus Kembangkan Chip AI yang Powerful dan Harga Terjangkau
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR