Norwegia dan salmon boleh dibilang dua kata yang terhubung erat. Maklum, Norwegia adalah negara produsen salmon terbesar di dunia. Produksi ikan salmon Norwegia mencapai 1,2 juta ton, dua kali lipat dibanding Chile di peringkat dua.
Akan tetapi, industri salmon Norwegia menghadapi masalah dengan kehadiran salmon merah muda. Salmon merah muda ini berasal dari Samudera Pasifik, sementara salmon “asli” Norwegia berasal dari Samudera Atlantik. Entah bagaimana, salmon merah muda ini kemudian banyak beredar di laut dan sungai di Norwegia.
Masalahnya, salmon merah muda ini adalah spesies yang intrusif. Mereka lebih agresif dalam mencari makan, membawa penyakit menular, serta meningkatkan kadar nitrogen di air saat mati. Pendek kata, kehadiran salmon merah muda ini mengancam populasi salmon asli Norwegia.
Untuk mencegah ledakan populasi salmon merah mudah, Pemerintah Norwegia mencoba melakukan langkah pencegahan. Mereka melibatkan sukarelawan untuk menangkap dan memisahkan salmon merah di sungai. Akan tetapi, cara manual ini membutuhkan waktu dan tenaga kerja yang besar. Efektivitasnya pun terbilang rendah, karena 30% ikan yang tertangkap menjadi cedera dan mati.
Solusi Huawei untuk Salmon
Sejak Mei 2021, Huawei menggulirkan TECH4ALL, sebuah inisiatif untuk memanfaatkan teknologi yang berdampak positif bagi masyarakat. Ide besar inisiatif TECH4ALL ini adalah memanfaatkan teknologi untuk menciptakan kesetaraan dan keberlanjutan lingkungan; sesuai dengan Sustainable Development Goal (SDG) yang dicanangkan PBB.
Huawei pun kemudian menjadikan permasalahan salmon merah muda di Norwegia ini sebagai salah satu inisiatif. Bekerjasama dengan mitra lokal Norwegia, Huawei mengembangkan solusi untuk memisahkan salmon merah muda dari ekosistem salmon asli.
Caranya dengan memasang gerbang otomatis aliran sungai yang menjadi tempat ikan salmon bertelur. Di dasar sungai juga dipasang kamera khusus. Kamera ini dilenglapi teknologi Artificial Intelligence (AI) dan koneksi 5G sehingga memiliki kemampuan untuk membedakan ikan salmon merah muda dan ikan lainnya.
Jika yang lewat adalah ikan salmon merah muda, gerbang tetap tertutup dan ikan diarahkan ke area penampung khusus. Sebaliknya jika yang lewat adalah ikan salmon asli atau ikan lain, gerbang terbuka dan ikan tersebut dapat meneruskan proses bertelurnya.
Solusi ini mulai diuji di Sungai Kongsfjord and Storelva pada tahun 2023. Uji coba ini pun sukses besar. Lebih dari 6000 ikan salmon merah yang berhasil ditangkap, dengan akurasi proses identifikasi mencapai 99,98%.
Hal lain menarik dari percobaan ini adalah pemanfaatan panel surya sebagai sumber energi dari kamera, perangkat 5G, dan gerbang pemisah ikan tersebut. Artinya solusi Huawei ini bisa diterapkan di area terpencil yang tidak memiliki akses ke jaringan listrik.
Atas keberhasilan project ini, Huawei pun mendapat Digital with Purpose Global Award dari GeSI (Global Enabling Sustainability Initiative). Huawei dinilai berhasil memanfaatkan teknologi yang berdampak langsung bagi keberlanjutan lingkungan. “Selain inovatif, solusi ini juga dapat diraih dengan waktu yang singkat,” ungkap Luís Neves, CEO GeSI.
Sementara Joyce Liu, Director dari TECH4ALL Huawei, menyebut keberhasilan ini adalah kesuksesan bersama. "Teknologi dan kemitraan yang terjalin tidak saja dapat menjaga ekosistem alam, namun juga menciptakan manfaat bagi komunitas lokal,” ungkap Joyce.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR