Startup fintech (financial technology) SkorLife mengungkapkan bahwa mereka tekah menggunakan teknologi Generative AI (GenAI) untuk meningkatkan layanan pelanggan.
Langkah ini berhasil memangkas biaya operasional hingga 50% serta meningkatkan pengalaman pengguna secara signifikan.
Di Indonesia, sebagai pasar yang sedang berkembang dengan kelas menengah yang terus bertambah, banyak konsumen kesulitan membangun skor kredit mereka dengan baik.
Akibatnya, banyak dari konsumen tidak bisa sepenuhnya meraih mobilitas sosial-ekonomi yang lebih baik karena sulit mendapatkan akses ke pinjaman dan instrumen keuangan lainnya di luar rekening tabungan. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh kurangnya kejelasan informasi.
Meskipun biro kredit di Indonesia memiliki data yang diperlukan, belum ada cara yang mudah bagi konsumen untuk mengakses data kredit mereka dan membuat keputusan yang tepat untuk memperbaiki skor mereka. Akibatnya, sembilan dari sepuluh aplikasi pinjaman di Indonesia ditolak.
SkorLife mengatasi tantangan ini dengan memberikan kontrol penuh kepada pengguna atas informasi kredit mereka melalui platformnya.
Pendekatan komprehensif ini dalam pengelolaan, pemahaman, dan penyelesaian sengketa data kredit membantu menyelesaikan masalah transparansi dan aksesibilitas keuangan yang sudah lama ada.
Ongki Kurniawan, CEO dan Co-Founder Skor Technologies, baru-baru ini bergabung dalam episode podcast AC Ventures, Indonesia Digital Deconstructed, untuk membahas SkorLife dan bagaimana platformnya dapat membantu masyarakat Indonesia mengelola data kredit mereka.
Diskusi tersebut juga menyoroti penggunaan AI dan GenAI oleh SkorLife.
Ongki, yang memiliki latar belakang profesional dengan peran di perusahaan-perusahaan keuangan dan teknologi multinasional seperti Citi Group, BCG, XL Axiata, Grab, dan Stripe, telah menerapkan pemahamannya tentang kemajuan teknologi dan nuansa regulasi di Indonesia untuk mengatasi tantangan kredit yang unik dihadapi oleh jutaan konsumen.
“Salah satu tantangan utama adalah kecepatan teknologi yang tidak selalu sejalan dengan regulasi di Indonesia, yang menimbulkan berbagai hambatan. Kami perlu memastikan bahwa teknologi dan regulasi berkembang secara bersamaan untuk benar-benar memberdayakan konsumen lokal,” jelas Ongki.
Dalam laporan yang baru saja diterbitkan berjudul “Harnessing the Power of (Gen)AI in Indonesian Financial Services,” AC Ventures, Boston Consulting Group (BCG) dan unit desain teknologinya BCG X, serta Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin Indonesia), mengeksplorasi dampak GenAI pada sektor layanan keuangan di Indonesia.
SkorLife ditampilkan sebagai studi kasus utama, menunjukkan bagaimana pendekatan pelopor perusahaan terhadap GenAI menetapkan tolok ukur baru di industri.
Menurut laporan tersebut, 61% institusi keuangan di Indonesia percaya bahwa mereka memiliki infrastruktur teknologi yang diperlukan untuk mengintegrasikan GenAI.
Hampir setengah dari para pemimpin di industri tersebut sudah memanfaatkan GenAI untuk meningkatkan layanan pelanggan.
Dalam hal AI, penerapan GenAI oleh SkorLife telah membawa perubahan besar, terutama dalam mengurangi biaya operasional.
Karena layanan pelanggan menyumbang 40% dari total biaya operasionalnya, pengenalan bantuan GenAI telah menjadi terobosan.
Antarmuka percakapan yang didorong oleh AI memberikan saran keuangan yang dipersonalisasi berdasarkan riwayat transaksi dan pola pengeluaran, mengoptimalkan sumber daya perusahaan untuk inovasi lebih lanjut.
Ongki juga menjelaskan dampak lebih luas dari layanan SkorLife, “Ini bukan hanya tentang memahami skor kredit seseorang, tetapi juga memberikan pengetahuan kepada individu untuk membuat keputusan keuangan yang tepat, sehingga mendukung masyarakat yang lebih sadar finansial.”
Ke depan, SkorLife berkomitmen untuk memperluas dampaknya dengan mengadopsi inisiatif open banking di Indonesia.
Sistem ini akan memfasilitasi pertukaran data yang mulus antara bank, lembaga keuangan, dan pihak ketiga, menciptakan ekosistem keuangan yang lebih terintegrasi dan mudah digunakan.
Integrasi ini juga akan memungkinkan perusahaan non-keuangan, seperti platform e-commerce besar seperti Shopee, Tokopedia, Bukalapak, dan lainnya, untuk memanfaatkan data tersebut.
Baca Juga: Dapat Suntikan Dana US$12 Juta, TransTRACK Mau Pakai untuk Ekspansi
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR