Ketegangan geopolitik telah memicu peningkatan spionase siber, sabotase, dan aktivitas ancaman dari negara. Ancaman ini mencakup hacktivisme, penyebaran spyware, dan serangan terhadap infrastruktur kritis serta rantai pasokan. Sentralisasi sistem penting tanpa redundansi yang memadai meningkatkan kerentanannya, membuat negara menjadi sasaran utama bagi pelaku ancaman yang canggih.
Pada Juni 2024, serangan ransomware terhadap Pusat Data Nasional (PDN) Indonesia mengakibatkan gangguan besar pada layanan pemerintah, termasuk sistem imigrasi dan perizinan. Selain itu, insiden seperti serangan Red Sea—yang menyasar konektivitas global yang penting—menunjukkan peningkatan ancaman yang didorong oleh ketegangan internasional. Seiring meningkatnya ancaman ini, negara-negara harus memperkuat pertahanan mereka terhadap potensi serangan siber.
#3 Eksploitasi deepfake dan media sintesis
Teknologi deepfake berkembang pesat dan mulai digunakan sebagai senjata untuk penyebaran informasi yang keliru (disinformasi) dan penipuan. Dengan memanipulasi konten audio dan visual, deepfake dapat menipu individu untuk melakukan tindakan merugikan. Teknologi ini menjadi tantangan bagi sistem verifikasi biometrik karena memungkinkan pelaku kejahatan melewati langkah-langkah keamanan.
Pihak berwenang semakin fokus dalam meningkatkan strategi deteksi deepfake untuk mengurangi risiko reputasi dan finansial akibat penyalahgunaannya.
#4 Penipuan yang berubah-ubah dan berskala besar
Pelaku kejahatan siber terus berinovasi dengan menggunakan teknologi AI untuk mengotomatiskan penipuan. Teknik seperti pembuatan deepfake, taktik rekayasa sosial, dan saluran komunikasi otomatis telah menciptakan skema penipuan canggih yang mengeksploitasi korban tanpa disadari.
Aktivitas penipuan melalui call center telah muncul sebagai komponen penting dalam ekosistem penipuan ini, membentuk ekonomi global yang membidik individu melalui praktik penipuan.
Laporan menunjukkan bahwa penipuan ini telah menyebabkan kerugian yang mencapai miliaran. Tren ini mendorong lembaga keuangan untuk berkolaborasi dengan berbagi intelijen tentang skema penipuan dan langkah-langkah penanggulangannya.
#5 Peretasan sistem otonom
Meningkatnya sistem otonom—model pembelajaran mandiri yang beroperasi tanpa intervensi manusia—menyajikan tantangan unik dalam keamanan siber. Ketika teknologi ini semakin diterapkan di sektor-sektor penting, seperti infrastruktur TI/OT, mengamankannya dari ancaman siber menjadi hal yang sangat penting.
Pelaku kejahatan siber dapat mengeksploitasi perilaku yang dapat diprediksi dalam sistem otonom melalui serangan canggih, seperti manipulasi data atau akses yang tidak sah. Pendekatan ini menekankan perlunya perlindungan terhadap sistem otonom melalui pemantauan berkelanjutan, deteksi ancaman secara real-time, dan desain arsitektur yang kuat. Strategi-strategi ini sangat penting untuk memastikan keamanan dan keandalan teknologi otonom, terutama di sektor-sektor infrastruktur kritis.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR