Akhir bulan lalu di Jakarta Accenture Indonesia membagikan sejumlah temuan kunci dari Technology Vision 2025. Accenture Technology Vision diklaim berulang kali memberikan hasil yang akurat dus edisi terbaru ini bisa menjadi masukan bagi para organisasi di Indonesia untuk tahun ini dan ke depan. Secara garis besar, Accenture Technology Vision 2025 menyampaikan bahwa AI (artificial intelligence) memasuki era baru dengan beralih dari alat yang memungkinkan otomatisasi menjadi bertindak otonom atas nama manusia.
Accenture menjelaskan Technology Vision sebagai suatu tinjauan sistematis di seluruh lanskap korporasi untuk mengidentifikasi aneka tren teknologi yang sedang berkembang yang akan memberikan dampak terbesar bagi para perusahaan, lembaga pemerintah, dan organisasi lainnya pada tahun-tahun mendatang. Khusus Accenture Technology Vision 2025, jangka waktu yang dimaksud adalah 3 sampai 7 tahun ke depan.
“Hanya ingin menyoroti beberapa hal penting yang ada dalam laporan ini. Pertama dan terpenting adalah deklarasi otonomi. Ketika artificial intelligence makin maju, makin meluas, Anda akan melihat bahwa AI memberikan otonomi yang lebih besar dengan setiap fungsi yang disentuhnya. Jadi, itulah poin nomor satu,” ujar Jayant Bhargava (Country Managing Director, Accenture Indonesia).
“Kedua, adalah otak kognitif. Dengan makin dan makin banyaknya organisasi yang menerapkan artificial intelligence di seluruh organisasi dan mengembangkan otak kognitif, ini akan memungkinkan sistem-sistem untuk mendorong pengambilan keputusan dan itu akan menjadi suatu perubahan kunci. Ketiga, dan mungkin poin yang paling penting, adalah kepercayaan, baik secara emosional maupun kognitif,” sambungnya.
Terdapat empat temuan kunci dari Accenture Technology Vision 2025 yang dibagikan. Keempat temuan kunci itu adalah ledakan besar biner (the binary big bang); wajah Anda, pada masa depan (your face, in the future); ketika para LLM mendapatkan badannya (when LLMs get their bodies); dan lingkaran pembelajaran yang baru (the new learning loop). Khusus para perusahaan, temuan-temuan ini bisa membantu mereka perihal bisnis ke depannya: bisa mendorong bisnis mereka lebih baik.
Ledakan Besar Biner
Ledakan besar biner merujuk pada perkembangan aneka (AI) language model bersama agentic (AI) system yang diyakini akan meningkatkan secara signifikan kemampuan berbagai organisasi dalam mengembangkan peranti lunak dan ekosistem digital, juga dalam hasil. Perkembangan yang dimaksud mengubah cara organisasi dalam membuat peranti lunak dan ekosistem digital serta dipercaya Accenture akan melipatgandakan hasil, mendorong batas akan siapa yang bisa mengembangkan, dan mendorong batas penggunaan.
“Pembeda utama sekarang agentic adalah kemampuan interpretasi, reasoning, sama autonomous,” sebut Budiono (Managing Director, AI Lead, Accenture Indonesia). “Misalnya kalau kita mau meng-upload gambar, kita pingin logo di gambarnya dihilangin, sama kita pingin resolusinya dibesarin, logonya dihilangin, resolusinya dibesarin, di, di ini dong dibuatin gitu ya [ke agentic AI], kita tinggal ngupload gambar aslinya.”
“Yang dilakukan oleh model yang sekarang disebut agentic itu adalah dia punya reasoning dan men-generate step-nya sendiri. Satu dia bilang saya akan bikinkan program untuk bisa me, me, me, mengetahui gambar ini tentang apa. Dua dia akan membuat program untuk menghilangkan logonya. Ketiga dia akan membuat program untuk membesarkan resolusinya,” jelas Budiono. “Makanya ini men-disrupt bagaimana nanti software development maupun digital ecosystem yang ada di Indonesia maupun dunia.
Seperti teori ledakan besar alam semesta, perkembangan AI tersebut bisa dibilang sebagai ledakan besar teknologi digital yang notabene biner. Pasalnya, seperti teori ledakan besar alam semesta yang secara teori mengubah susunan alam semesta, perkembangan AI yang dimaksud mengubah cara membuat, menggunakan, dan beroleh hasil teknologi digital.
Adapun temuan khusus Indonesia yang dikemukakan adalah:
Wajah Anda, pada Masa Depan
Wajah Anda, pada masa depan maksudnya adalah diferensiasi ketika seluruh — banyak — organisasi menggunakan teknologi digital yang serupa, menggunakan AI yang serupa, sehingga keunikan/kepribadian yang dihasilkan bisa menjadi wajah organisasi. Sentuhan pribadi, suara yang unik, dan individualisasi diyakini menjadi kunci untuk membangun kesetiaan dan kepercayaan para pengguna/pelanggan terhadap suatu organisasi/perusahaan.
Dengan teknologi digital yang serupa, AI yang serupa, pengalaman pengguna yang dihadirkan aneka organisasi bisa serupa. Oleh karena itu, suatu organisasi perlu untuk melakukan diferensiasi pengalaman pengguna yang membedakannya dengan organisasi-organisasi lain. Suatu organisasi misalnya bisa menyetel teknologi digital yang digunakan, AI yang digunakan, untuk memberikan hal-hal yang diyakini bisa menghadirkan pengalaman pengguna yang berbeda serta membangun kesetiaan dan kepercayaan para pengguna.
Satu yang bisa dibilang paling disorot Accenture adalah AI yang dipersonifikasikan (personified AI). Accenture menyebutkan AI yang dipersonifikasikan bisa menghadirkan pengalaman pengguna yang baru, serta memungkinkan suatu hubungan antara sebuah organisasi dengan para pengguna seperti yang belum pernah dilihat. Dengan AI yang dipersonifikasikan, suatu AI tidak hanya menjadi alat di belakang layar, melainkan juga menjadi persona dari suatu organisasi, suatu merek, maupun suatu produk di depan layar.
Penulis | : | Cakrawala Gintings |
Editor | : | Dayu Akbar |
KOMENTAR