Harga mata uang digital (cryptocurrency) bitcoin masih anjlok setelah serangan siber yang membobol dua platform pertukaran cryptocurrency asal Korea Selatan, Bithumb.
Koin digital perusahaan itu dicuri senilai 35 juta won atau hampir Rp1 triliun. Saat ini harga bitcoin berkutat di kisaran USD6.000 atau sekitar Rp85 jutaan. Angka itu merupakan yang harga Bitcoin terendah pada tahun ini.
Padahal, harga Bitcoin masih berada di posisi USD7.000 atau sekitar Rp95 juta sebelum kasus penyerangan tersebut. Sebagai perbandingan, mata uang virtual itu pernah mencapai USD 6.000 pada November 2017 dan langsung meroket USD 20.000 pada Desember 2017.
Pada 2018, harga Bitcoin telah turun 56 persen setelah naik 1300 persen tahun lalu.
Selain itu, popularitas Bitcoin mulai meredup, mengingat tampak pencarian kata "bitcoin" terus menurun sejak Februari lalu di Google Trends. Hal itu juga berdampak membuat nilai Bitcoin terus melesu.
Jon Pearlstone (Narasumber surat kabar Cryptopatterns) memprediksi nilai mata uang Bitcoin akan terus turun dan bisa menyentuh angka USD 5.000 atau sekitar Rp70 jutaan pada tahun ini.
"Itu (USD 5.000) akan menjadi angka psikologis terbaru bagi Bitcoin," ujarnya seperti dikutip Forbes.
Masalah lainnya, perintah lembaga peraturan finansial Jepang telah meminta enam perusahaan bursa cryptocurrency di negaranya untuk meningkatkan sistem anti-pencucian uang miliknya.
Seiring dengan turunnya bitcoin, mata uang digital lain juga mengalami penurunan. Etherum,mata uang digital kedua terbesar setelah bitcoin, turun 10 persen jadi bernilai USD472,99 atau sekitar Rp6 juta.
Source | : | Forbes |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR