Saat ini pertumbuhan bisnis e-commerce terus menggeliat dan banyak orang yang melakukan transaksi lewat online.
Di Indonesia, ada dua startup e-commerce yang sudah menyandang gelar unicorn yaitu Tokopedia dan Bukalapak.
Namun, penelitian terbaru mengungkapkan transaksi perdagangan di media sosial menjadi ancaman besar kepada bisnis e-commerce di masa depan.
Misal, Pembelian 60 juta pin yang dapat digunakan Pinterest dan penjualan langsung di Instagram membuat e-commerce makin sulit untuk bersaing secara efektif.
Bayangkan!,Ada lebih dari 550 juta orang yang menggunakan marketplace Facebook untuk melakukan transaksi tanpa batas di platform itu.
Nes Tziyona dan perusahaan pengeditan video online asal Israel Magisto mensurvei lebih dari 750 pengambil keputusan di Amerika Serikat (AS) pada Mei 2018.
Hasilnya, situs e-commerce mengalami kesulitasn dengan tren meningkatnya transaksi perdagangan sosial.
Meskipun tiga dari empat (75 persen) responden mengelola setidaknya satu profil e-commerce pihak ketiga dan menggunakannya secara pasif.
Bukannya mengembangkan hubungan pelanggan yang baik, transaksi pasif itu hanya memuaskan permintaan pelanggan saja.
Survei itu mengungkapkan penjualan melalui media sosial (medsos) meningkat tajam dan hanya 26 persen responden menggunakan platform e-commerce pihak ketiga untuk berjualan.
Sedangkan, pengguna jauh menggunakan media sosial untuk berjualan dengan mencatatkan angka 71 persen.
Survei itu mengungkapkan adanya kesenjangan penjualan di media sosial dan e-commerce pada 2018. Hampir setengah koresponden lebih memilih media sosial untuk melakukan bisnis dan transaksi pemasaran.
Source | : | ZDNet |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR