Perkembangan teknologi Internet of Thing atau IoT di Indonesia kini semakin pesat.
Kendati demikian menurut sebuah survei dari Asia IoT Business Platform hanya sekitar 8,4 persen pelaku bisnis di Indonesia yang sudah merasakan manfaat IoT.
Dalam pengimplementasian IoT diperlukan keterlibatan beberapa pihak termasuk pemerintah dan penyedia layanan alias operator telekomunikasi.
Menilik dari sisi bisnis, Dirjen SDPPI Kementerian Komunikasi dan Informatika, Ismail, menganggap bahwa di masa depan bisnis IoT dapat menjadi penyambung nafas para operator seluler.
Menurutnya, saat ini operator seluler akan sangat terbebani jika hanya berfokus dan mengandalkan penjualan data sebagai sumber pendapatan.
Apalagi saat ini hampir semua pelanggan beralih pada pembelian paket data dan era SMS/panggilan telepon dianggap sudah hampir habis.
"Operator seluler antusias karena ini adalah rebound yang kedua. Kalau hanya mengandalkan penjualan data cukup berat, persaingan sudah tinggi. Apalagi kebanyakan orang Indonesia penginnya gratis," ungkap Ismail dalam acara diskusi Asia IoT Business Platform di Hotel Ritz Carlton, Jakarta Pusat.
"Sehingga sangat berat untuk mengandalkan data only karena era SMS dan voice sudah habis. Ini ibarat kelahiran kedua supaya (operator) bisa mendapat revenue lagi," lanjutnya.
Senada dengan Ismail, operator seluler pun menangkap adanya potensi bisnis yang besar dari implementasi IoT ini.
Menurut Chief Business Officer Indosat, Herfini Haryono, Indosat sendiri sudah menyatakan telah menyiapkan segala peralatan untuk menunjang implementasi IoT di tanah air.
"Equipment sudah ready, masalahnya tinggal enablement saja. Semua sudah kami persiapkan," ungkap Herfini dalam kesempatan yang sama.
Sayangnya para operator seluler masih belum bisa memberi gambaran soal berapa besar potensi pendapatan yang dapat didulang para operator jika IoT telah diimplementasi secara merata.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR