Tiga puluh kali mengirim surat lamaran kerja, tiga puluh kali pula ditolak.
Itulah kisah hidup Jack Ma muda, yang harus menghadapi kenyataan pahit ketika semua lamaran kerjanya ditolak. “Saya melamar KFC ketika pertama buka di kota saya. Ada 24 orang yang melamar kerja, dan 23 orang diterima. Hanya saya yang ditolak” cerita Ma.
Namun nasib Jack Ma berubah drastis ketika ia mengenal internet. Kini, ia menjadi sosok yang dikagumi sekaligus kaya-raya. Kisah Jack Ma ini sekaligus menunjukkan bagaimana dunia teknologi bisa mengubah hidup seseorang.
Tidak cuma Jack Ma yang hidupnya berubah drastis berkat keberhasilan di dunia teknologi. Ada Masayoshi Son yang mengawali bisnis dengan dua freelance atau Lei Jun yang merintis karir sejak nol.
Berikut adalah lima orang kaya di Asia berkat kiprahnya di dunia teknologi.
1. Jack Ma
Asal: China
Usia: 54 tahun
Kekayaan: US$35,9 miliar
Posisi: Pendiri Alibaba
Saat berkunjung ke AS pada tahun 1195, Jack Ma terpesona dengan internet. Ia pun langsung melihat peluang bisnis karena informasi tentang negerinya, Tiongkok, saat itu masih sangat minim. Berawal dari kejadian itulah, Jack Ma akhirnya membuat situs tentang Tiongkok yang menjadi cikal bakal Alibaba.
Awalnya Alibaba dikenal sebagai raksasa e-commerce. Namun kini, jejaring bisnis Alibaba meliputi sistem pembayaran, hiburan, sampai media. Tak heran jika kekayaan Jack Ma di tahun 2018 ini diperkirakan mencapai US$35,9 miliar. Dengan kekayaan sebesar itu, Jack Ma pun menjadi orang terkaya kedua di Asia.
Baca Juga: Inilah Daftar Kekayaan Bos Startup Indonesia
2. Ma Huateng
Asal: China
Usia: 46 Tahun
Kekayaan: US$34,8 miliar
Posisi: Pendiri dan CEO Tencent
Lahir di provinsi Guangdong, Ma Huateng merupakan anak seorang manajer pelabuhan dan lulusan ilmu komputer di Universitas Shenzhen. Sebelum mendirikan Tencent, Huateng bekerja mengembangkan perangkat lunak dengan gaji per bulan setara 176 dolar AS atau sekitar Rp 2 juta. Pada 1998, ia yang berusia 26 tahun mendirikan Tencent dengan teman sekelasnya di universitas.
Tencent pun terus berkembang dengan meningkatkan produk-produk berbasis game yang laku keras di pasaran. Layanan pesan instan WeChat pun memungkinkan para pengguna mengirim teks, gambar, pembayaran online, dan memesan tiket pesawat, hingga memilih kursi di bioskop.
WeChat sendiri memiliki jumlah pengguna sebanyak 938 juta. Tiga kunci kesuksesan Tencent yaitu koordinasi manajemen yang bagus, kecepatan Internet di Tiongkok, dan perkembangan pasar serta konsumen.
3. Masayoshi Son
Asal: Jepang
Usia: 61 Tahun
Kekayaan: US$25,3 miliar
Posisi: CEO Softbank
Saat berusia 20 tahun, Masayoshi Son membuat sebuah pocket calculator yang kemudian dibeli Sharp Corporation seharga US$1 juta. Dari uang itu, ia kemudian mendirikan SoftBank bersama dua freelancer. Kini, Softbank menjadi perusahaan konglomerasi dengan pendapatan di tahun 2017 mencapai US$79,8 miliar.
Sekelumit kisah di atas bisa menggambarkan etos kerja luar biasa dari Masayoshi Son. Cerita itu juga menunjukkan naluri bisnis yang kuat dari pria keturunan Korea ini, tercermin dari kejeliannya menjadi yang investor awal di Alibaba.
Kini, Softbank menjadi penanam modal di berbagai perusahaan teknologi, seperti Vodafone, ARM, dan Sprint. Kiprah Softbank juga terasa di Indonesia karena mereka melakukan investasi di beberapa startup Indonesia seperti Tokopedia dan Modalku.
4. Prince Alwaleed
Asal: Arab Saudi
Usia: 63 tahun
Kekayaan: US$15,9 miliar
Posisi: Investor Twitter, Lyft, Deezer
Sebagai cucu dari Abdul Aziz al Saud, Prince Alwaleed memiliki kekayaan melimpah layaknya keluarga kerajaan Arab Saudi. Namun Prince Alwaleed juga dikenal sebagai investor ulung, termasuk saat berinvestasi di beberapa perusahaan teknologi seperti Twitter dan Lyft (saingan Uber di AS).
Prince Alwaleed sempat mendekam di penjara pada Januari lalu dengan tuduhan korupsi. Namun kini ia telah bebas, dan langsung menunjukkan kekuatan modalnya. Yang paling akhir adalah investasinya ke Deezer, penyedia layanan music streaming asal Perancis.
5. Lei Jun
Asal: China
Usia: 48 Tahun
Kekayaan: US$14.8 Miliar
Posisi: Pendiri Xiaomi
Karir Lei Jun di dunia teknologi berawal di Kingsoft, sebuah perusahaan startup perangkat lunak Tiongkok pada tahun 1992. Mirip dengan Microsoft, Kingsoft adalah perusahaan yang melakukan pengolah kata (seperti MS Word), perangkat lunak antivirus, distribusi game, bahkan e-commerce.
Pada 2007, Lei Jun mengundurkan diri dari jabatan Presiden dan CEO Kingsoft karena alasan kesehatan. Pada 2010, Lei Jun menggandeng temannya Lin Bin (Mantan Wakil Presiden Google China) merintis perusahaan Xiaomi. Produk smartphone pertamanya adalah Xiaomi Mi yang dirilis pada tahun 2011. Sejak saat itu, Xiaomi dikenal dengan produk smartphone berkualitas dengan harga terjangkau.
Xiaomi pun terus meraih sukses hingga akhirnya masuk ke bursa saham. Saat ini, nilai valuasi Xiaomi sebesar US$45,3 miliar atau sekitar Rp.776 triliun. Sebagai pendiri dan CEO Xiaomi, Lei Jun menjadi kaya raya. Saat ini kekayaannya ditaksir sebesar US$14,8 triliun.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR